Keluhan PKL di Kawasan Gor Sidoarjo Minta Perhatian dari Dinas Terkait

Jawapes Sidoarjo - Melanjutkan keluh kesah pedagang kaki lima yang berjualan di kawasan Gor Sidoarjo, Disporapar Sidoarjo menggelar sosialisasi terkait rencana penataan Gor sebagai fasilitas olah raga yang berlangsung di ruang Setda lantai III, Selasa (17/3/2020). Hadir dalam kegiatan tersebut yaitu Kadisporapar Joko Supriyadi, Sekretaris Dispora, Ir. Trisnanto Edi Wibowo, MT, dan Pasi Intel Kodim 0816 Sidoarjo, Kapten Khoiri.

Dalam paparannya dihadapan ratusan PKL yang hadir, Joko Supriyadi selaku Kadisporapar Sidoarjo mengatakan, Pasca PON XV/2000, kawasan Gor sempat kosong. Akhirnya dikerjasamakan dengan masyarakat dengan catatan "Mendukung Kawasan Gor Sebagai Kawasan Olah Raga".

Lanjutnya, namun seiring berjalannya waktu, akhirnya fungsinya Gor tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Banyaknya pedagang dari pindahan Alun-Alun yang tidak sesuai pada tempatnya sehingga dapat mengganggu lalu lintas kawasan sepatu roda.

"Tidak hanya itu, banyaknya bangunan permanen yang tanpa ijin, juga ada stand yang dipergunakan untuk karaoke serta warkop yang banyak menjual miras. Itu merupakan salah satu alasan, untuk menata kembali fungsi Gor seperti semula," ujar Joko. 

Di tempat terpisah, Ainur Rohman selaku Asisten I Pemkab Sidoarjo, dalam wawancaranya mengharapkan agar dalam kegiatan sosialisasi tersebut, ada titik temu antara dinas terkait dengan para PKL. Apa yang akan direncanakan oleh pemerintah dan apa yang diinginkan para PKL akan segera terselesaikan.

"Semua ada aturan yang harus ditegakkan, baik Perda maupun Perbup. Sehingga nantinya Gor akan berfungsi sebagaimana mestinya. Harapan kita, jika belum ada kesepakatan, maka akan kita bicarakan dengan baik. Apa yang diinginkan oleh para PKL dan tentunya tetap harus sesuai dengan aturan yang ada," harapnya.

Sementara itu, usai kegiatan sosialisasi tersebut, Samsul selaku ketua perwakilan PKL menjelaskan bahwa kita sepakat agar semua pintu dibuka kembali. Karena apa? Kita semua ini murni PKL yang dapat menyambung hidup dengan keluarga ya dari hasil jualan saja.

Tambahnya, penutupan pintu gerbang Gor yang sudah dimulai sejak Januari 2020 kemarin, berdampak pada penghasilan dari para PKL ini. Apalagi sejak adanya pemberitaan mengenai Virus Corona ini, dampaknya sangat luar biasa. Bisa dibayangkan, dalam beberapa hari, penjualan sangat sepi, bahkan dalam sehari, barang dagangan kita tidak ada yang beli.

"Paling tidak, pemerintah janganlah tutup mata dalam hal ini. Kita juga mempunyai kebutuhan biaya hidup, bayar uang sekolah dan kepentingan lain. Kita berharap agar dinas terkait bisa melihat dan mendengar keluhan masyarakat kecil," tandasnya. 

Harapan kita, para PKL khan ada yang jualan mulai pagi dan ada juga yang mulai sore pukul 15.00 Wib. Paling tidak dibuka saja mulai pagi hingga pukul 24.00 Wib. Kenapa para PKL menginginkan hal seperti itu? Karena sejak mulai ditutupnya pintu gerbang pada bulan Januari 2020 hingga Maret 2020 ini, omzet di lapangan sangat memprihatinkan. Apakah pemerintah atau dinas terkait bisa melihat dampak akibat ditutupnya pintu gerbang Gor tersebut? Kami ini rakyat kecil yang seharusnya perlu dibela, bukan malah tidak dipedulikan nasib kita ini, pungkas Samsul.(tyaz)
Pembaca

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama