Program Pemberdayaan Desa Kenongomulyo Yaitu Mengadakan Pelatihan Membuat Batik

Jawapes Magetan- Pemberdayaan masyarakat desa adalah upaya untuk mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat. Seperti yang dilakukan Desa Kenongomulyo, Kecamatan Nguntoronadi, Magetan, yaitu menjalankan program pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan pembuatan batik tulis bercorak Bunga Kenanga yang ada gandiknya untuk di jadikan ikon desa tersebut.

Selama ini, batik Magetan identik dengan batik pring sedapur dari Desa Sidomukti ternyata pengembangan batik juga dilakukan warga Desa Kenongomulyo, Kecamatan Nguntoronadi. Kaum perempuan di kecamatan tersebut tengah merintis pengembangan batik tulis.

Kepala Desa Kenongomulyo, Heri Suwarno mengatakan, pengembangan batik tulis ini diinisiasi Pemerintah Desa melalui BUMDes sebagai pemberdayaan masyarakat yang kemudian membentuk kelompok batik. "Kegiatan pelatihan ini dapat terwujud dalam rangka kegiatan pemberdayaan masyarakat yang didanai oleh anggaran Dana Desa Tahun 2019," ujarnya.

Sejak beberapa bulan ini, para anggota kelompok batik ini terus mengikuti pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan dalam membatik. Usaha ini terus dikembangkan hingga sekarang. "Selain untuk meningkatkan ekonomi warga, kelompok usaha batik ini juga dalam rangka mengangkat produk ikon desa," kata Heri, Kamis (4/7/2019).

Kegiatan itu di rancang oleh Kepala Desa Kenongomulyo Heri Suwarno, yang menurutnya merupakan salah satu program kerja yaitu mengembangkan dan mengangkat perekonomian masyarakat dengan kearifan budaya lokal.

Heri Suwarno menambahkan, untuk pelatihan membuat batik tulis ini, kita mendatangkan pelatih  dari Kabupaten Ngawi. Batik tulis yang dikembangkan adalah motif Bunga Kenanga dengan gandik (tanduk), dan ini menjadi ciri khas Desa Kenongomulyo.

“Motif Bunga Kenanga yang ada gandiknya adalah motif asli dan khas Desa Kenongomulyo, Kecamatan Nguntoronadi, Magetan. Memang ada banyak motif bunga kenanga namun tidak ada gandiknya, rencananya akan kita patenkan motif kenanga gandik ini," ungkapnya.

Dari pantauan Jawapes terlihat ibu-ibu pembatik nampak antusias menorehkan canting yang sudah dicelup malam keatas kain putih
yang sudah di gambar bunga kenanga. Warna dasar seperti coklat dan hitam menghiasi sela-sela gambar yang sudah terpola.

Binti (35) salah satu yang ikut membatik kepada Jawapes mengatakan, ada beberapa tahapan dalam membatik, yang pertama pemotongan bahan baku (mori) sesuai dengan kebutuhan, mengetel yaitu menghilangkan kanji dari mori dengan cara membasahi mori tersebut dengan larutan : minyak kacang, soda abu, tipol dan air secukupnya. Lalu mori diuleni, setelah rata dijemur sampai kering lalu diuleni lagi dan dijemur kembali. Proses ini diulang-ulang sampai tiga minggu lamanya lalu di cuci sampai bersih.

Agar zat warna bisa meresap ke dalam serat kain dengan sempurna, ada beberapa proses yang harus dilakukan, seperti nglengreng : menggambar langsung pada kain, isen-isen : memberi variasi pada ornamen (motif) yang telah di lengreng nembok : menutup (ngeblok) bagian dasar kain yang tidak perlu diwarnai, ngobat : mewarnai batik yang sudah ditembok dengan cara dicelupkan pada larutan zat warna, nglorod : menghilangkan lilin dengan cara direbus dalam air mendidih (finishing), pencucian : setelah lilin lepas dari kain, lalu dicuci sampai bersih dan kemudian dijemur, jelas Binti.

Masih menurut Binti, untuk sementara pemasaran hasil batik Kenongomulyo masih di pakai untuk kalangan sendiri, baik itu untuk seragam aparatur desa, Rt/Rw maupun masyarakat desa sendiri.

"Semoga kedepannya batik dari desa Kenongomulyo dapat menjadi ikon desa serta bisa bernilai ekonomis yang dapat mengangkat harkat masyarakat desa," harap Binti.(zam)
Pembaca

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama