Jawapes SAMPANG – Parade Daul Combodug 2025 yang digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sampang selama dua hari, 5–6 April lalu, kini menuai kecaman. Acara yang diklaim sukses besar dan membanggakan daerah, justru menyisakan luka bagi para pelaku seni karena uang pembinaan tak kunjung cair.
Sebanyak 57 grup Daul Combodug dari berbagai kecamatan dan desa di Kabupaten Sampang hingga hari ini, Senin (14/4/2025), belum menerima dana pembinaan yang dijanjikan. Padahal, para peserta telah mengeluarkan biaya besar untuk menyewa perlengkapan dari luar daerah serta melakukan latihan intensif selama berminggu-minggu.
Ironisnya, pihak Disporabudpar Sampang hanya memberikan jawaban normatif. “Masih proses penandatanganan pengajuan ke Keuangan Pemkab,” kata Kepala Disporabudpar, Marnilem.
Lambannya pencairan dana, yang hanya berkisar satu juta rupiah per grup, dianggap mencerminkan buruknya manajemen dan koordinasi antarinstansi di tubuh Pemkab Sampang, terutama antara Disporabudpar dan BPPKAD. Kritik pun datang dari berbagai pihak, termasuk peserta acara yang merasa dikhianati.
“Kalau tidak siap anggaran, lebih baik jangan adakan acara. Ini bukan soal nominal saja, tapi soal penghargaan terhadap jerih payah kami,” tegas Siful, salah satu peserta.
Ia menyebutkan bahwa ketidakjelasan ini telah membuat banyak grup terpaksa berutang untuk menutupi biaya operasional. Kekecewaan ini semakin dalam karena tak ada transparansi ataupun komunikasi yang memadai dari pihak penyelenggara.
Kondisi ini menodai semangat pelestarian budaya lokal yang seharusnya menjadi kebanggaan masyarakat Sampang. Ketika pencitraan lebih diutamakan daripada kesejahteraan pelaku seni, maka wajar jika publik bertanya: siapa sebenarnya yang diuntungkan dari Parade Daul Combodug ini? (Tim)
Pembaca
Posting Komentar