Sarasehan Budaya Haul Bung Karno, Deradikalisasi Mencegah Intoleransi Dengan Kearifan Lokal



Jawapes Surabaya - Dalam rangka memperingati Haul Bung Karno dan Harlah Pancasila. Panitia bersama dari Perhimpunan Pustaka Lewi (PPL), Laksus Darah Gajah Mada, dan Masyarakat Adat Nusantara (Matra) Eks-Karesidanan Surabaya. Menggelar Sarasehan Budaya bertajuk ‘Deradikalisasi dan Mencegah Intoleransi dengan Kearifan Lokal’ di Jalan Merr Ir. Soekarno, Cafee Bicopi (Briliant Coklat Kopi) Gunung Anyar Surabaya. Pada hari Minggu (19/6/2022).


Dalam sarasehan tersebut mengemukakan variabel kearifan lokal sebagai salah satu alternatif menangkal intoleransi dan radikalisme.
Radikalisme dan intoleransi merupakan dua terminologi yang semakin mengemuka dalam diskusi publik akhir-akhir ini. Bangsa Indonesia mengalami radikalisme dan intoleransi ini dalam cara yang pahit ketika dua paham tersebut bukan hanya sekadar wacana, tapi bermanifestasi menjadi tindakan yang merongrong kedaulatan bangsa. 


Hadir pada acara tetsebut antara lain:
1. Walikota Eri Tjahyadi diwakili oleh Ibu Kepala Bakesbangpol Kota Surabaya.
2. Yordan Batara Malino Goa (anggota DPRD Jatim)
3. Moh. Arifin, MA mewakili BNPT Jatim. 
4. Kol Corri Sigalingging Kasintel KOREM 084 Bhaskara Jaya. 
5. Kunjung Wahyudi (Ketua Komnasdik Jatim). 
6. Kyai Hamid (ponpes bureng- Wonokromo). 
Serta para tokoh masyarakat lintas agama. Mulai dari Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu, Ortodoks hingga penganut aliran kepercayaan.
Moderator: Kyai Lukman Rahmadtullah (ketua Tarekat Jatmin Jatman Satoriah)

   Kunjung Wahyudi, ST, M. Si.
Ketua Komnasdik Jatim

Sebagai narasumber Kunjung Wahyudi menyampaikan dalam materinya '5 Panca Sadar'. Antaralain, Sadar Tuhan, Sadar Diri, Sadar Hidup, Sadar Masalah dan Sadar Bahagia yang merupakan pengamalan 5 sila dari Pancasila.
Yang artinya adalah:
1. Sadar Tuhan menjadi Pedoman Jiwa.
2. Sadar Diri menjadi pedoman hati.
3. Sadar Hidup menjadi pedoman nurani.
4. Sadar Masalah menjadi pedoman sikap.
5. Sadar Bahagia menjadi pedoman perilaku.

Dari semua peserta diskusi kurang lebih 250 yang hadir semuanya sepakat bahwa, intoleransi dan terorisme tidak ada dalam ajaran agama. Agama tidak mengajarkan intoleransi, tidak satupun agama mengajarkan terorisme. Terorisme tidak mempunyai agama.


Disisilain Sekretaris panitia sarasehan Johan Rajaya Theanoraga yang akrab di panggil Joy mengatakan pentingnya kearifan lokal. Kearifan lokal yang dimaksud disini bukan hanya dalam bentuk kebudayaan lokal, tapi juga nilai-nilai yang terinkulturalisasi dalam setiap aspek kehidupan masyarakat. Hal ini penting untuk selalu didaur ulang mengingat nilai-nilai budaya yang dibentuk sejak zaman nenek moyang kita.

"Alhamdulillah, acara tersebut berjalan sukses walau mungkin tidak sempurna. Dari giat sarasehan Deradikalisasi dan Mencegah Intoleransi dengan Kearifan Lokal tersebut diharapkan baik dari kelompok agamawan lintas agama, tokoh spiritual dan budayawan bisa melihat ini sebagai pekerjaan kita bersama untuk keterlibatan dalam menjaga kedaulatan Negara Republik Indonesia". Ujar Joy.

(CSan).

Pembaca

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama