Pasca Ambruknya SLB Tunas Kasih, Butuh Perhatian Khusus Pemerintah


Kondisi SLB Tunas Kasih (inzet) Hari Santoso Ketua Yayasan

Jawapes Surabaya - Sejak pemerintah menyatakan Indonesia darurat Covid-19 segala upaya pencegahan penyebaran dilakukan. Pembatasan sosial diterapkan dengan mengalihkan kegiatan ke dalam rumah, seperti bekerja, sekolah, dan beribadah.

Di tengah keterbatasan ini, ada kisah para guru baik yang rela berjuang demi pendidikan murid-muridnya.


Saat awak media Jawapes tiba di sekolah ini, kamis (24/06/2021). Sebuah Sekolah Luar Biasa (SLB) 'Tunas Kasih' yang terletak dijalan Menganti Jeruk Gg 4 no 12- A Surabaya. Tapi sayang sekolahan ini telah roboh rata dengan tanah.

Kesan pertama ketika melihat bangunan sekolah sungguh membuat iba. Satu bangunan ruang kelas utamanya roboh menyisakan banyak puing saling bertumpukan hingga tidak ada lagi atap tersisa. Akhirnya, total 40 murid yang belajar di sana terpaksa ‘mengungsi’ di ruang sebelah yang kondisinya lebih mirip kontrakan. Beserta 11 guru serta kepala sekolah dan guru khusus terapi.

Woro Widayanti (Kepsek) bersama ibu Krismijatin (Pendiri)


Semua ini atas usaha dari ketua Yayasan Tunas Kasih HARI SANTOSO agar pendidikan tetap berjalan dengan lancar sambil menunggu tali asih dari para donator untuk pembangunan sekolah SLB ini. "Pembangunan SLB Tunas Kasih harus tetap berjalan. Meskipun dari pihak pemerintah Kota maupun Provinsi belum pernah memberi bantuan. Kami yakin dan percaya tangan tangan Tuhan akan turun membantu tali asih atas pembangunan SLB Tunas Kasih. Hingga setelah Pandemi nanti anak anak bisa belajar dengan baik. Mohon do'anya yaa". Ujar Hari Santoso penuh harap.


Begitu dipersilakan masuk ke ruang itu, mata ini tertuju pada 12 murid sedang belajar praktek membuat prakarya. Meski tanpa seragam, mereka semua duduk di lantai saling berjauhan untuk menjaga jarak menjalankan prokes didampingi para guru.

Kondisi anak-anak murid datang dari berbagai keistimewaan. Ada yang mengidap down syndrome, cerebral palsy, maupun keterbelakangan mental. Mereka bisa disebut juga tunagrahita, yakni anak-anak yang memiliki tingkat intelegensia di bawah rata-rata dan tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan serta tuna rungu.


Disisilain Pendiri SLB Tunas Kasih ibu KRISMIJATIN mengatakan, "ini adalah rencana Tuhan.. Satu-satunya motivasi agar sekolah ini tetap ada hanyalah semangat anak-anak yang luar biasa, yang juga ingin mengenyam pendidikan layak sama seperti anak normal pada umumnya. Jangan lupakan, mereka punya hak pendidikan yang sama. Apapun keterbatasannya." Ujar Krismijatin.

Harapan pengurus ada bantuan dari pihak pemerintah dan para donatur untuk bisa menunjang kebutuhan dan kelangsungan Yayasan SLB Tunas Kasih.

( CP. 081217670077 - 081252392082 ).

(CSan).


Pembaca

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama