Hadrah Membangun Kerukunan Di SEBARA 2

 Anggauta Personil Hadrah Sebara 2



Jawapes Surabaya - Hadrah merupakan kesenian yang sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Makna hadrah dari segi bahasa diambil dari kalimat bahasa Arab yakni hadhoroh atau yuhdiru atau hadhron atau hadhrotan yang berarti kehadiran. Namun banyak dari kalangan masyrakat mengartikan hadrah sebagai seni musik islami. Dalam ilmu tasawuf, hadrah lebih dikenal sebagai suatu wasilah atau perantara untuk wusul kepada sang Kholiq. 

Beberapa diantara kelompok-kelompok thoriqoh memakai seni hadrah sebagai suatu pembuka hati, lalu kemudian selalu ingat kepada Tuhan sang pencipta.

Di Indonesia banyak ditemukan jenis ragam hadrah, mulai dari Al-banjari, Al-habsyi, Al-jiduri, Ishary dan lain-lain. Karena masing-masing hadrah mempunyai cirri khas yang berbeda, tetapi alat yang digunakan hampir sama. Rebana atau terbang merupakan alat yang dipakai dalam berbagai jenis genre hadrah, yang menimbulkan suara yang berbeda tergantung dari proses pembuatan, pemukulan, serta pembawaan jenis hadrah itu sendiri.




Dari bentuk kegemaran masyarakat memainkan seni musik hadrah, sehingga kemudian membentuk suatu kelompok sosial, dipicu akan sadarnya kebersamaan dan kegemaran yang sama yakni hadrah. Kelompok sosial semacam ini kemudian mereka memberi nama jam`iyah, majelis, istighosah dan lain-lain.
 

 

SEBARA 2 ( Setro Baru Utara 2 ) terdapat suatu wadah kelompok Hadrah "NURUL IHSANI SYARIATUSSILMI" yang pandegani oleh Ibu GUNTORO, yang berada dalam satu lingkup RT 06 RW 03 SEBARA 2 Surabaya. Dengan 19 anggauta personil antara lain, Bu Guntoro, Bu Suprapto, Bu Wujud, Bu Ikhsan, Bu Nadir,Bu Rudi, Bu Anam, Bu Solikin, Bu Joko, Bu Ulfa, Bu Bakir, Bu Iin, Bu Bibit, Bu Mujiono, Bu Udin, Bu Riki, Bu Tekad dan Bu Didik serta Bu Pranoto.




 "Maklum, group ini memang terbentuk bukan karena semata-mata mereka punya kemampuan bermusik. Tapi, karena terlebih dahulu punya hubungan batin yang luar biasa akrabnya, seperti sebuah keluarga besar." kata Bu Guntoro.

Hadrah biasanya dipergunakan pada acara peringatan hari besar agama Islam atau kegiatan Marhaban, yaitu acara menyambut kelahiran bayi adapula pengajihan rutin setiap malam jum'at dan lain lain.

Lantunan shalawat bukan hanya sekedar shalawatan, tetapi lebih dari itu, shalawat Ishari bermula dari sebuah amaliyah Thariqah Mahabbaturrasul dengan mensenandungkan maulid syaraful anam dan syair-syair Diwan Hadrah.

 
 

Shalawat tersebut diajarkan pertama kali oleh Habib Syech Botoputih Surabaya, seorang ulama sekaligus mursyid thariqat pada tahun 1830 yang kemudian populer di kalangan para santrinya dan masyarakat dengan nama hadrahan atau terbangan.

(Cak San)

Pembaca

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama