Jawapes Pacitan - Demam Berdarah Dengue atau DBD merupakan salah satu jenis penyakit yang kerap terjadi di kala musim hujan akibat gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
Biasanya, salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah penyebarannya adalah dengan penyemprotan atau fogging seperti kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah desa di Dusun Krajan Desa Sukorejo Kecamatan Sudimoro Kabupaten Pacitan Kamis (20/2/2020).
Koramil Sudimoro Sertu Roso menjelaskan, seluruh wilayah Sudimoro perlu waspada DBD pada bulan-bulan ini.
"Kami bersama Kepala Desa Sukorejo Imam Khirudin, Polsek Sudimoro Aiptu Agus, Petugas fogging Dinkes Pacitan serta Anggita Puskesmas Sukorejo telah melakukan beberapa tindakan untuk menanggulangi kondisi tersebut, salah satunya dengan melakukan fogging. Tapi, sejauh manakah upaya ini bisa menanggulangi bahaya demam berdarah," kata Roso.
Pengasapan dimulai ditempat -tempat yang menjadi sarang nyamuk Aedes Aegypti serta rumah warga, halaman serta selokan yang menjadi sumber penyebar terjangkitnya DBD.
Efektivitas fogging untuk mengatasi demam berdarah. Fogging atau pengasapan dilakukan sebagai salah metode pengendalian faktor penyebab penyakit DBD, yaitu nyamuk Aedes Aegypti," kata roso.
Biasanya kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan mesin yang dapat mengeluarkan asap berisi insektisida.
Anggota Puskesmas Sukorejo menambahkan, Insektisida inilah yang kemudian akan bekerja membunuh nyamuk dewasa penyebab menyebarnya penyakit DBD. Biasanya, insektisida yang digunakan ada beberapa jenis, meliputi malathion, cypermetrin, alfacypermetrin, pirimiphos-methyl, temephos, dan pyriproxyfen.
"Perlu Anda ketahui bahwa fogging dipercaya efektif sebagai upaya penanggulangan saat terjadi kasus kejadian luar biasa (KLB) atau wabah penyakit DBD di suatu daerah, yakni ketika populasi nyamuk dewasa sedang tinggi. Fogging dengan cepat menurunkan populasi nyamuk," ucapnya.
Meski demikian, untuk memenuhi target, fogging harus dilakukan sesuai aturan. Fogging hanya dapat dilakukan setelah adanya koordinasi dengan pihak kelurahan, kecamatan, hingga Puskesmas. Dan agar aman, sebaiknya kegiatan ini dilakukan saat nyamuk Aedes Aegypti beraktifitas, yaitu sekitar pukul 08.00-11.00 Wib dan pukul 14.00-17.00 Wib.(tim)
Pembaca
Biasanya, salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah penyebarannya adalah dengan penyemprotan atau fogging seperti kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah desa di Dusun Krajan Desa Sukorejo Kecamatan Sudimoro Kabupaten Pacitan Kamis (20/2/2020).
Koramil Sudimoro Sertu Roso menjelaskan, seluruh wilayah Sudimoro perlu waspada DBD pada bulan-bulan ini.
"Kami bersama Kepala Desa Sukorejo Imam Khirudin, Polsek Sudimoro Aiptu Agus, Petugas fogging Dinkes Pacitan serta Anggita Puskesmas Sukorejo telah melakukan beberapa tindakan untuk menanggulangi kondisi tersebut, salah satunya dengan melakukan fogging. Tapi, sejauh manakah upaya ini bisa menanggulangi bahaya demam berdarah," kata Roso.
Pengasapan dimulai ditempat -tempat yang menjadi sarang nyamuk Aedes Aegypti serta rumah warga, halaman serta selokan yang menjadi sumber penyebar terjangkitnya DBD.
Efektivitas fogging untuk mengatasi demam berdarah. Fogging atau pengasapan dilakukan sebagai salah metode pengendalian faktor penyebab penyakit DBD, yaitu nyamuk Aedes Aegypti," kata roso.
Biasanya kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan mesin yang dapat mengeluarkan asap berisi insektisida.
Anggota Puskesmas Sukorejo menambahkan, Insektisida inilah yang kemudian akan bekerja membunuh nyamuk dewasa penyebab menyebarnya penyakit DBD. Biasanya, insektisida yang digunakan ada beberapa jenis, meliputi malathion, cypermetrin, alfacypermetrin, pirimiphos-methyl, temephos, dan pyriproxyfen.
"Perlu Anda ketahui bahwa fogging dipercaya efektif sebagai upaya penanggulangan saat terjadi kasus kejadian luar biasa (KLB) atau wabah penyakit DBD di suatu daerah, yakni ketika populasi nyamuk dewasa sedang tinggi. Fogging dengan cepat menurunkan populasi nyamuk," ucapnya.
Meski demikian, untuk memenuhi target, fogging harus dilakukan sesuai aturan. Fogging hanya dapat dilakukan setelah adanya koordinasi dengan pihak kelurahan, kecamatan, hingga Puskesmas. Dan agar aman, sebaiknya kegiatan ini dilakukan saat nyamuk Aedes Aegypti beraktifitas, yaitu sekitar pukul 08.00-11.00 Wib dan pukul 14.00-17.00 Wib.(tim)
Pembaca
Posting Komentar