SLB Tunas Kasih Meskipun Tertatih- tatih Tetap Bertahan


Kegiatan mengajar di SLB Tunas Kasih

Jawapes Surabaya - Pagi itu, hari tampak cerah. Sinar matahari pun memancar sangat sempurna. Puluhan anak-anak terlihat melangkah menuju sekolah.

Sekumpulan siswa tampak berpisah dengan temannya. Secara sepintas, kondisi fisik mereka tidaklah beda, ternyata mereka adalah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Masuk di SLB Tunas Kasih.

Sekolah itu berdiri berkat perjuangan dan kegigihan pasangan suami istri (pasutri), Bpk Wiyanto (almarhum) dan Ibu Krismijanti pada tahun 2008, yang mana di tahun 2006 ke beradaan SLB ini ditinggalkan oleh pemiliknya. Hingga muridnya tidak terawat terbengkalai.

Mereka adalah pasangan yang kompak karena memiliki jalan pemikiran yang sama, yakni mendirikan SLB bagi anak yang berkebutuhan khusus, di jalan Menganti Jeruk Gg 4 no: 12A Kelurahan Jeruk kecamatan Lakarsantri Surabaya.
Hingga di tahun 2019 ini meskipun perjalanannya tertati tati masih tetap bertahan. Namun tekad yang sudah bulat untuk mengabdi demi pendidikan ABK membuat mereka tidak gentar dengan kesulitan yang dihadapi. Mereka tetap menjalani dengan penuh kesabaran dan ketekunan. Tujuan mereka mendirikan SLB semata mata bukan karena uang, sehingga mereka tetap mampu bertahan. Tapi, turut mengabdi bagi nusa dan bangsa dalam mencerdaskan anak anak bangsa.

Sewaktu awak media mengunjungi di lokasi, bertemu langsung dengan pendiri SLB ibu Krismijanti di dampingi kepala sekolah Woro widayanti S.Pd. Menuturkan "meskipun tertati -tati kami harus tetap bertahan, demi anak anak kami. Ketika kita melakukan pengabdihan pelayanan terhadap sesama, maka akan membuat hidup kita juga lebih berarti", tutur ibu Krismijanti (SGPLB) lulusan tahun 1982.

Perjuangan menjadi guru merupakan salah satu pekerjaan yang mulia. Hidup untuk mengabdi dan mengajar  dilakukannya para guru tanpa mengeluh.  Menjadi guru SLB haruslah memiliki kesabaran yang cukup tinggi.
Jerih payah itu rasanya tidak sebanding dengan honor yang diterima para gurunya. Ada 10 orang tenaga pendidik di sana dan 1 terapis, termasuk kepala sekolah, Woro Widayanti S.Pd. (12) Pendidik

"Cinta adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan kita. Apapun yang akan kita lakukan dalam hidup kepada sesama, sebaiknya didasari akan cinta kasih. Saya sendiri tak menduga kalau harus mengajar mengabdi disini, mungkin ini kehendak Allah", kata ibu Woro Widayanti.

Pendiri dan Kepala Sekoah 
Ibu Krismijatin (Konsultan) dan Woro Widayanti., S.Pd.

Menurut dia, meski memiliki kekurangan, setiap anak berhak memperoleh pendidikan yang layak.
Meski harus door to door dari rumah anak berkebutuhan khusus.
Sampai pihak yayasan mengambil kebijakan seluruh murid bebas dari beban biaya sekolah. Begitu pun tidak serta merta para wali murid mau menyekolahkan anaknya.

"Walau tak dipungut biaya, para orangtua masih enggan mengantarkan anaknya ke sekolah. Karena itulah, akhirnya kami tenaga pendidik yang menjemput para murid ke rumahnya", imbuh Woro Widayanti.

Kini mereka tetap memperjuangkan hak-hak anak berkebutuhan khusus dengan segala jerih payah yang bisa mereka upayakan. Sungguh perjuangan yang luar biasa.

Ketika kita berhenti berjalan maka kita sudah mengakhiri juga perjalanan kita di bumi ini. Terus berjalan dan melangkah adalah kunci dari hidup kita yang sebenarnya.

" kami bekerja secara maksimal, Tanpa Pamrih, Bekerja secara ikhlas. Persoalan nanti apakah masyarakat masih mempercayai saya atau tidak. Itu kembali pada mereka dan saya  akan terus mengabdi ", imbuh ibu Krismijatin mengakhiri pembicaraan.

Harapan pengurus ada bantuan dari pihak pemerintah dan para donatur untuk bisa menunjang kebutuhan dan kelangsungan Yayasan SLB Tunas Kasih.
( CP. 081217670077 - 081252392082 ).
( C San)
Baca Juga

View

Post a Comment

Hi Please, Do not Spam in Comments

Lebih baru Lebih lama

Rizal Diansyah, ST

Pimpred Media Jawapes. WA: 0818306669

Countact Pengaduan