Foto bareng Bupati Banyumas, Ka Dindik Kabupaten Banyumas beserta staf dan peserta gebyar inklusi jenjang SMP
Jawapes, BANYUMAS - Pendidikan adalah hak setiap anak, tanpa terkecuali. Penegasan ini disampaikan langsung oleh Bupati Banyumas, Sadewo Tri Lastiono dalam pembukaan Gebyar Inklusi jenjang SMP, Senin (15/9/2025) yang digelar di Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas dengan mengangkat tema Bersama Dalam Keberagaman, Tumbuh Dalam Kebersamaan, Gebyar Inklusi 2025 menjadi ajang edukasi dan apresiasi bagi anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) serta bentuk nyata komitmen Banyumas sebagai kabupaten inklusi.
Kegiatan ini mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menyatu dalam perbedaan dan saling mendukung, agar tidak ada anak yang tertinggal dalam proses Pendidikan.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, Joko Wiyono menegaskan, bahwa seluruh sekolah negeri di Banyumas dilarang menolak siswa berkebutuhan khusus, selama disertai rekomendasi dari ahli psikolog atau psikiater.
"Sudah ada beberapa sekolah yang ditunjuk untuk dapat langsung menerima siswa berkebutuhan khusus," ujarnya.
Sekolah-sekolah tersebut antara lain SMP Negeri 5, SMP Permata Hati, SMP Al-Irsyad, SD Negeri Arcawinangun 5, SD Negeri Tanjung 1 dan SD Tambak.
Joko Wiyono juga menekankan, bahwa tidak boleh ada perbedaan perlakuan terhadap siswa ABK.
"Semua anak adalah bagian dari bangsa ini, dan masing-masing memiliki potensi unik yang harus dihargai," tambahnya.
Sementara dalam sambutannya, Bupati Sadewo menyoroti pentingnya kolaborasi dalam mewujudkan pendidikan inklusif. Ia menyampaikan, bahwa pengalokasian anggaran Pendidikan di Banyumas saat ini mencapai 34% dari APBD, jauh di atas batas minimal nasional sebesar 20%.
"Kita semua percaya, Pendidikan adalah hak setiap anak tanpa terkecuali. Tidak boleh ada satu pun anak yang tertinggal," tegasnya.
Lebih lanjut Sadewo menyebut, bahwa Gebyar Inklusi bukan sekadar ajang perayaan, tetapi juga ruang edukatif dan apresiatif bagi ABK.
"Pendidikan bukan hanya soal angka di rapor atau prestasi akademik semata. Ini juga tentang memberikan kesempatan, penguatan dan penghargaan atas potensi setiap anak, termasuk anak-anak kita yang istimewa ini," katanya.
Gebyar Inklusi 2025 dimeriahkan dengan berbagai kegiatan seperti senam ceria ABK, lomba fashion show, menari, menyanyi, mewarnai dan musikalisasi puisi yang diikuti oleh lebih dari 100 peserta.
Selain itu, digelar juga Talk Show bertema "Treatment ABK Dalam Pendidikan Inklusif Dari Perspektif Psikologis" yang dihadiri oleh 42 Guru Bimbingan Konseling (BK) dan 165 orang tua dari anak berkebutuhan khusus. Talk Show ini menjadi wadah berbagi pengalaman dan pengetahuan mengenai strategi pendampingan yang efektif.
"Melalui talkshow ini, kita diingatkan bahwa Pendidikan Inklusif adalah tanggung jawab bersama. Guru pendamping, orang tua, sekolah, Pemerintah dan masyarakat harus bersinergi," terang Sadewo.(Cpt)
View
Posting Komentar
Hi Please, Do not Spam in Comments