Amad Veteran Berusia 102 Tahun, Saksi Hidup Peristiwa Heroik di Kota Surabaya

Anggota media-LSM Jawapes dan PPPKRI saat melakukan sesi foto bersama seorang veteran

 

Jawapes, SURABAYA  – Bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober, Media dan LSM Jawapes bersama PPPKRI Bela Negara Mada I Jawa Timur dikunjungi seorang Veteran yang menjadi salah satu saksi hidup kejadian heroik peristiwa 10 November 1945 dikantornya Jl. Ketintang Baru II-4 Surabaya pada hari Sabtu (28/10/2023).


Amad berusia 102 tahun berdarah Tionghoa Arab yang merupakan anggota Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan Batalyon A36 Poncowati mengaku berjuang bersama Bung Tomo mempertahankan Surabaya pada 10 Nopember 1945.



Iapun mengaku sebagai pelaku pembobolan gudang senjata Jepang Don Bosco Surabaya bersama Moekari dan juga menjadi salah satu saksi terbunuhnya Jendral Malaby di Jembatan Merah Surabaya.


“Saat itu semua suku bersatu dari berbagai macam daerah termasuk suku Tionghoa untuk bertempur mempertahankan Surabaya. Kami berkumpul didepan Hotel Yamato untuk merobek bendera Belanda menjadi merah putih,” ungkap Pria kelahiran 7 Februari 1922, putra dari pasangan Nyah Moi dan Muhammad Bindusu dari Yaman.


Masih teringat jelas, peristiwa itu ketika sekutu menyerbu Surabaya dan terjadi pertempuran sengit yang menelan banyak korban dimana satu persatu teman seperjuangannya tewas dimedan tempur.


“Saat itu kami berada di atas gedung Siola dulu namanya Toko Chiyoda dan teriakan Bung Tomo memerintahkan turun bertempur,” kenang Amad mengingat peristiwa tragis tersebut.


Sementara itu Ketua PPPKRI Bela Negara Mada I jawa Timur, Eko Tjahjono Prijanto menyampaikan Pertempuran dahsyat yang terjadi di Surabaya pada 10 Nopember 1945 memberi pelajaran moral bahwa warisan terbaik para pahlawan bangsa bukanlah “politik ketakutan” melainkan “politik harapan”.


“Seberat apapun tantangan yang dihadapi dan keterbatasan yang ada, tidak akan menyurutkan semangat perjuangan,” ungkap Eko.







Sedangkan Dewan Pendiri Jawapes, Rizal Diansyah Soesanto, ST menegaskan bahwa pengalaman Amad dalam berjuang saat itu menunjukkan betapa spirit perjuangan dan mental serta karakter kepahlawanan memiliki daya hidup yang luar biasa dalam menghadapi berbagai rintangan dan penderitaan.


“Setiap zaman memiliki tantangannya tersendiri, oleh karena itu setiap zaman harus mengembangkan respon kepahlawanan yang sesuai dengan zamannya. Patriotisme sejati bukan sekadar mempertahankan, melainkan juga memperbaiki keadaan negeri,” tegas Rizal.


Tantangan dan persoalan yang kita hadapi saat ini memang berat. Akan tetapi, kita tidak boleh putus pengharapan. Para Pahlawan Kusuma Bangsa mengajarkan pada kita arti penting perjuangan, ketabahan dan harapan. (Red)


Pembaca

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama