Lawan Paham Radikal Ekstremisme, Prof. Syafiq A. Mughni Ingatkan Pentingnya Islam Moderat

Prof. Syafiq A. Mughni

Jawapes, SURABAYA
- Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Jawa Timur, menggelar Webinar Kebangsaan bertema "Islam Moderat untuk Indonesia Damai" yang dimoderatori oleh aktivis IMM Jawa Timur Randi S. Latulumamina dan diawali oleh Prof. Syafiq A. Mughni, M.A sebagai pembicara via aplikasi zoom dengan menghadirkan beberapa tokoh dalam pembahasan moderasi Islam, antara lain Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI periode 2020-2025, Prof. Syafiq A. Mughni, M.A. Penulis Buku, Dr. Noor Huda Ismail, M.A dan Asisten Stafsus Presiden RI periode tahun 2017-2019, Dr. Pradana Boy ZTF, M.A., Kamis (18/2/2021).

Dalam paparannya, Prof Syafiq menjelaskan peran penting Islam Moderat atau Wasathiyah Islam. 

"Konsep Wasathiyah Islam sebetulnya sudah ada sejak lama, namun gambaran lebih jelas tentang itu dirumuskan pada Pertemuan Tingkat Tinggi oleh ulama-ulama dunia di Bogor, bahwa cirinya Wasathiyah Islam meliputi keadilan, moderasi, toleransi, kewarganegaraan, keteladanan, Islah dan sebagainya," kata tokoh yang pernah menjadi Ketua PP Muhammadiyah periode 2015 – 2020.

Prof Syafiq kemudian menjelaskan, saat konsep Islam Moderat/Wasathiyah Islam menjadi penting ketika dihadapkan perkembangan terakhir, baik di Indonesia maupun dunia internasional.

"Munculnya gejala-gejala faham keagamaan yang punya akar cukup panjang dimasa lalu, tetapi masih kita lihat hidup hingga sekarang yang sesungguh kita pandang tidak mencerminkan Wasathiyah dalam Islam sendiri," ujarnya. 

Webinar Kebangsaan

Ia mencontohkan, misalnya mereka yang menolak prinsip kewarganegaraan yang menjadi ciri Wasathiyah Islam, mereka menganggap NKRI atau negara bangsa modern sebagai negara jahiliyah yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

"Maka yang paling cocok menurut mereka adalah melebur menjadi satu dalam bentuk khilafah Islamiyah," terangnya. 

Dijelaskannya, di antara yang tidak sesuai dengan Wasathiyah Islam adalah ajaran yang mengkafirkan sesama Muslim hanya karena berbeda pendapat. Mereka menganggap yang berbeda dengan mereka itu salah, batil bahkan dianggap keluar dari ajaran Islam. Sikap takfir (mengkafirkan) menurutnya menjadi problem bagi masyarakat kontemporer sekarang ini. 

"Negara kita memerlukan pemikiran jernih. Wasathiyah Islam yang akan menjadi wajah Islam di Indonesia. Pada saat yang sama kita harus melakukan usaha usaha memperkuat ajaran Islam tentu bisa menjadi wajah bangsa Indonesia," tegas pria yang pernah menempuh pendidikan S3 di UCLA Amerika Serikat itu.

Tentu bukan berarti agama lain tidak punya hak untuk hidup, tetapi semangat ajaran Islam moderasi yang diberikan oleh Islam itu juga memberikan jaminan bagi masyarakat non Muslim supaya merasa tetap loyal terhadap masyarakat, negara dan kepentingan bangsa Indonesia.

"Jadi intinya adalah Moderasi atau Wasathiyah harus muncul dari umat Islam, tetapi harus menjadi ciri dari agama lain di Indonesia. Hal tersebut bisa memperkokoh jaringan bangsa kita. Negara kita adalah "Darul Ahdi", artinya negara tempat kita melakukan konsensus nasional dan "Darul Syahadah" artinya negara tempat kita mengisi," tandasnya.(red)


Pembaca

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama