Jawapes Ponorogo - Salah satu program Kementerian PUPR, dalam rangka mengantisipasi dampak Pandemi Covid-19, khususnya dikawasan pedesaan yaitu dengan melanjutkan program-program padat karya tunai dengan percepatan pembangunan infrastruktur kerakyatan ditahun 2020. Salah satu programnya yaitu Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3TGAI) yang dilaksanakan oleh Direktorat jenderal Sumber Daya Air (SDA) bersama rakyat.
Program P3TGAI merupakan pekerjaan peningkatan saluran irigasi tersier dari saluran alam atau tanah menjadi saluran dengan pasangan batu atau lining yang dikerjakan oleh petani atau penduduk setempat atau kelompok HIPPA.
Masyarakat atau kelompok HIPPA Desa Campursari, Kecamatan Sambit, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, merupakan salah satu penerima program tersebut. Namun dalam pelaksanaannya, program tersebut tidak transparan.
Tentang ini, bisa dilihat dari kondisi masyarakat yang tidak tahu terkait pembangunan irigasi yang terletak diareal persawahan di Dusun Gading, Desa Campursari, tersebut. Ini semua karena tidak adanya papan informasi terkait proyek tersebut. Pekerjanya saat ditanya terkait besarnya anggaran ataupun volumenya juga tidak dapat menjelaskan. Bahkan ketua HIPPA sendiri, Joko Susanto (Kasun Gading) ketika ditanya besarnya anggaran juga tidak tahu.
"Yang tau persis pak lurah, Wahyu Puji Prabowo, saya tidak tau, karena saya cuma diserahi saja, iki proyek garapen keuangan e gone bendahara, gitu," jawab Ketua HIPPA.
Saat ditanya terkait volume bangunan juga tidak tau dengan pasti, "perkiraan panjangnya sekitar 328m s/d 348m kiri-kanan," ujar Joko Susanto.
Sementara Kapala Desa Campursari ketika ditemui di kediamannya, saat ditanya terkait anggaran yang digunakan dalam pembangunan irigasi yang berada di areal persawahan di Dusun Gading tersebut juga tidak memberikan keterangan yang jelas, justru membalikkan.
"Sampeyan pora yo luwih ngerti anggaran e piro (anda apa tidak lebih tau anggarannya berapa)," ujar Kades Campursari. Saat ditanyakan besarnya volumepun juga dijawab "sekitar 340m x 2" jawab Kades Campursari.
Justru dijelaskan oleh Kepala Desa Campursari, Wahyu Puji Prabowo, bahwa dalam kinerjanya di desa, selama ini belum bisa bersinergi dengan perangkatnya, terutama perangkat yang lama, yang menjabat lebih dulu dari pada beliau menjabat sebagai kepala desa.
"Neng kantorki aku seakan koyo ijen, dadi perangakat lawas Ki teko sak iki ora ono sing gelem ngrewangi aku. (Dikantor itu seakan saya sendirian, jadi perangkat yang sudah lama itu tidak mau membantu saya," ujar Kepala Desa Campursari mengeluh.
Lebih lanjut Kades campursari menyampaikan, "pak Camat ae tobat ngatasi iki, (Pak Camat saja tidak mampu ngatasi masalah ini)," jelas Kades Campursari. (Gst)
View
Posting Komentar
Hi Please, Do not Spam in Comments