Jawapes Jakarta - Ilmuwan muda dunia asal Indonesia dan penemu obat kulit untuk manusia dan hewan
luar/dalam, Muhammad Ja’far Hasibuan menjadi Host dalam acara “Hitam Putih”
yang akan Live Pukul 18.00 WIB Senin (23/9/2019).
Diketahui sebelumnya,
Muhammad Ja’far Hasibuan (27) Juara Dunia Di Shanghai China berhasil
memenangkan kompetisi para ilmuwan di China Shanghai International Exhibition
of Inventions (CSITF) dan WIIPA Special Award World Invention Intelectual
Property Association. Dia berhasil menyumbangkan medali emas dan WIIPA Special
Award bagi Indonesia lewat penemuannya yaitu obat kulit untuk manusia dan hewa
luar/dalam.
Di Hitam Putih TRANS 7
Senin 23 September 2019 Live Pukul 18.00 WIB dirinya bercerita, sejak Kelas 4
SD sampai kuliahnya telah mandiri membiayai sekolahnya sendiri sehingga saat
ini telah mendapatkan berbagai penghargaan dari segala perlombaan dan meraih
segudang prestasi.
“Suara kicau burung di
pagi hari, terdengar menembus langit-langit kamarku. Aku masih terbaring malas
untuk bangun. Namun sepertinya matahari mulai marah padaku, karena masih saja
Aku menutup mataku. Cahaya matahari pagi itu mulai menyentuh seluruh isi
ruangan di kamarku yang cukup besar. Akhirnya, Aku mengalah pada alam dan Aku
harus bangun, inikah hari dimana Aku mulai harus sekolah.
Uohhhh…. teriakku sambil
menguap” itulah bait sastra dari sang Ilmuwan, Muhammad Ja’far Hasibuan ke
wartawan ketika bertemu dengan seorang Jurnalis.
Pada wartawan Dia
menceritakan kisah hidupnya, Muhammad Ja’far Hasibuah, biasanya orang-orang
memanggilnya dengan sebutan Ja’far. Sejak Kls 4 SD ia mulai mencari uang
sekolah bekerja sebagai kuli buruh kasar dari hasil jasa mengangkat barang
barang dagangan di pasar atau pekan Aek Godang Padang Lawas Utara setiap hari
minggunya, Semasa di bangku Kelas 1 MTs dan Kls 3 MAS, ia merintis usaha KUD Kejora bersama
pamannya Alm Hasanuddin Hasibuan di Tapanuli Selatan, kisahnya tersebut berawal
dari jualan minyak bensin, solar dan minyak tanah sebuah gubuk pondok
kecik didik uwanya dari Kls 1 MTs sambil bersekolah tiap hari di perjuangan
Ja’far sunggunglah sedih dia berjuang bantu uwanya demi cari uang sekolahnya
bersekolah di Pondok Pesantren Nurul Falah Tamosu Panompuan, mendapat pelajaran
dari sang uwa "Teringatku saatnya ini uwa sekarang telah tiada"
katanya sambil berlinang air mata.
Saat itu dimana masa SMP
dan SMA memanfaatkan hidupnya belajar berdagang dan menghendel sebuah
perusahaan uwanya kala itu ja’far waktu kecil sudah memegang uang jutaan di
percaya oleh uwanya disetiap penjualan dan urusan setor menyetor Ke Bank setiap
sholat shubuh Ja’far di percaya semua mulai dari aktivitas setor penjualan ke
Bank Sumut jarak tempuh dari usaha sekitar 27 KM ke Kota Padang Sidimpuan kala
itu masih di bangku sekolah SMP Dan semua aktivitas penjualanya semua di
hendle nya sendiri memang betul di tempa uwa nya agar anak yang mandiri kelak
ketengan sampai meningkat menjadi usaha besar.
Seusai tamat MAS
(setingkat SMA), ia di berangkatkan ke Medan oleh uwa kandungnya Almarhum
Hasanuddin Hasibuan tersebut dan dengan hanya berbekal uang ongkos bus SAMPAGUL
Rp.80.000 ke Kota Medan.
Sesampainya ke Kota
Medan, ia pun kehabisan uang dan tak tahu kemana arah dan tujuannya, sementara
cita – citanya yang ingin melanjutkan kuliah di perguruan tinggi harus bisa di
gapainya, ia pun lantas tak berputus asa, setelah tiba di Kota Medan, ia pun
berkerja di salah satu grosir bahan material bangunan tepatnya di Deli
Tua, Toko Samura Jaya
Setahun pun berlalu,
kemudian, ia mendaftarkan diri masuk kuliah ke perguruan tinggi. Ia pun
berpikir untuk mendapatkan uang kuliah yang harus di bayarkan. Ia pun kembali
berjuang untuk kuliahnya dengan menjumpai sebuah perusahaan roti. Ia pun berkerja
sebagai pedagang roti, tanpa gengsi dan tanpa malu, ia mengayuh gerobak sepeda
angin itu untuk membiayai hidup dan kuliahnya.
Pekerjaan sebagai
pedagang roti terus ia lakoni sejak awal kuliah sampai wisuda, kegiatan itu
terpaksa ia lakukan demi untuk membiayai hidup dan kuliahnya.
Tidak sampai di situ,
sepulang dari kuliah di sore hari, ia pun melanjutkan perjuangan hidupnya lagi
dengan berjualan di terminal Amplas tepatnya di Jalan Sisingamaraja Medan.
Menjajakan barang
dagangan rotinya dari loket ke loket. Hampir semua loket bus yang ada di Amplas
di datanginya. Berdagang roti itu pun di lanjutkan hingga sampai larut malam,
kemudian berlanjut berjualan lagi sampai ke Pasar Simpang Limun, bahkan sampai
fajar pagi, ia masih menjajakan dagangan rotinya itu.
Semasa kuliah itu, ia
jarang tidur di malam hari, bahkan ia sampai tertidur diatas grobak roti untuk
menghabiskan jualannya.
Tiap harinya selama 4
tahun kuliah dan sambil mengerjakan tugas kuliah di atas grobak roti. Ia juga
pernah mengalami merasakan saat grobak rotinya di tabrak sepeda motor di waktu
malam, grobak roti itu hancur, mulai dari steling kaca semua hancur. Beruntung
Ja’far selamat.
Itulah cerita singkat
perjuangan hidup Muhammad Ja’far Hasibuan sang Ilmuwan asal Kabupaten Padang
Lawas Utara, Sumatera Utara yang merantau ke Medan demi untuk membiayai
kuliahnya.
Muhammad Ja’far Hasibuan
adalah anak ke 2 dari 10 bersaudara, ia terus mengenang getirnya pahit
kehidupan ini, seringkali ia tidur diatas grobak rotinya, mengalami perihnya
hidup sebagai pedagang.
Ia menceritakan, jika
pernah suatu hari dagangannya hilang dan terkadang hasil jualanpun pun pernah
di curi preman saat ia letih dan tertidur diatas grobak sepeda anginnya itu.
Ilmuwan Muhammad Ja’far
Hasibuan adalah salah satu Alumnis yang berprestasi di Perguruan Tinggi
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Pria bertubuh gempal ini lahir pada
tahun 1992 di Desa Sampuran Simarloting, Kecamatan Halu Sihapas Padang Lawas
Utara. Kampung halamannya tersebut merupakan desa tertinggal yang sulit
dijangkau, karena akses transportasi jalan yang rusak. Walau perjalanan menuju
kampus membutuhkan waktu hampir 12 jam dan ditambah pula perekonomian keluarga
yang serba terbatas, ia tetap bersemangat menuntut ilmu hingga ke Kota Medan,
demi masa depan yang lebih baik. Berbagai kompetisi dan lomba pun diikutinya,
hingga akhirnya berhasil meraih kemenangan. Demikian cerita Muhammad Ja'far
Hasibuan kepada wartawan kicaunews
Diakhir ceritanya pada
wartawan Muhammad Ja'far Hasibuan juga menceritakan bahwa Dia sebelumnya pernah
meraih medali emas berkat penemuannya, Biofar Shrimp Skin Care berupa singkatan
dari BIO yang berarti alami, FAR berasal dari penggalan nama penemu Ja’Far,
SHRIMP yang berarti udang halus kecil (bahan baku) dan SKINCARE yang mengindikasikan
obat tradisional yang mampu menyembuhkan luka maupun penyakit kulit yakni
obat kulit bagi manusia dan hewan .
(tim)
View
Posting Komentar