Jawapes Surabaya - Dalam budaya, tujuan pemujaan leluhur bukan untuk meminta bantuan tetapi sebagai bakti seseorang. Beberapa budaya meyakini bahwa leluhur mereka benar-benar perlu dirawat atau dilayani oleh keturunan mereka yang masih hidup di dunia, dan praktik tersebut termasuk persembahan yaitu untuk menghargai leluhur atau sesepuh Kota Surabaya yang kala itu telah lama bertempat tinggal dan turut membangun Kota Wali ini.
Sekaligus dapat mengedukasi dan menanamkan nilai moral yang cukup tinggi.
Tujuhan dilakukannya sebuah ritual, yakni:
☝Sebagai bentuk pendekatan diri kita kepada Tuhan Yang Maha Esa agar senantiasa dilimpahi kasih, rahmat, kesejahteraan, keselamatan, dan sukacita
Sebagai bentuk rasa syukur atas mempertahankan warisan budaya dan dapat menghargai jasa para leluhur. Lainnya lagi tidak percaya bahwa para leluhur bahkan menyadari apa yang dilakukan keturunan mereka bagi mereka, tetapi ungkapan bakti itulah yang penting.
Keluarga Besar Rakyat Surabaya (KBRS), pada hari kamis kliwon tanggal 21maret 2019, melakukan perjalanan ritual pada leluhur kota Surabaya. Di mulai dari makam Mbah Bungkul (Mpu Supo), sebelum magrib di lanjut ke Masjid Rahmad kembang kuning untuk menunaikan sholat terlebih dahulu sebelum ke Ki Bang Kuning makam Mbah Khorimah.
Ki Bang Kuning adalah orang tua dari Mas Khorimah ( mbah Korimah ) mertua Sunan Ampel yang bernama Wirajaya atau Wiro Saroyo. Setelah melakukan doa bersama, hujan rintik rintik mengiringi perjalanan KBRS. Bak Gayung Bersambut kami mendapatkan petunjuk dari seseorang sesepuh, untuk melanjutkan perjalanan ke Makam Mbah Yudokardono (Panglima Majapahit). dan Keturunan Brawijaya tetakhir, Raden Joko Taruno, ( Sayid Panjang) makamnya tak terurus. Juga makam yg lain termasuk abdi dalem ( pengasuh) Raden Joko Taruno.
Karena hari semakin malam kami beristirahat untuk berdiskusi di area pendopo mbah Yudokardono. Banyak manfaat dan pelajaran yg kita petik pada malam itu.
Pada hari berikutnya kami melanjutjan perjalanan ritual kembali ke makam Cikal Bakal Surabaya Joko Jumput. Yg berada di jalan Praban Surabaya, kami terlebih dahulu untuk sowan di jalan Praban kinco wetan gg 3 / 16 rumah ibu Umi (031 5351796) untuk meminta petunjuk menghantarkan ke makam Joko Jumput.
Sunguh luaarr biasa.. !?.
Kami berada di dalam makam yang penuh dengan suasana magis, beda dari makam leluhur yg telah kami singgahi.
Allaahh hu Akbaarr..!!!
Masih banyak waktu diperlukan bagi komonitas KBRS untuk napak tilas yang dilakukan di tahun politik 2019 dan harus bermalam malam di perjalanan ini telah memberikan kesan mendalam bagi segenap anggota KBRS yang terdiri dari: Don Nasir, Wawan Kemplo, Cak San, Didik Kaspe, Ratna Krakk dan beberapa temen temen lain yg ikut dalam Napak Tilas. Seakan memberi makna sendiri Bersamaan Memasuki Masa Depan (2020) dan Menyelami Masa Lalu.
Komonitas KBRS hendak memberikan apresiasi yang tinggi terhadap peninggalan kejayaan nenek moyang yang tersebar di seluruh kota Surabaya dan sekaligus menimba pelajaran yang bermanfaat untuk kehidupan dan kebangkitan Nusantara masa kini. Karenanya, komunitas KBRS pun dalam waktu dekat akan mengunjungi tempat-tempat bersejarah lainnya.
NASIRUDIN
Koordinator KBRS, NASIRUDIN yang lebih di kenal ( Don Nasir ) mengatakan : " kami dengan temen temen Insya Allah nanti, sebelum melaksanakan DEKLARASI pada hari minggu, tanggal 28 april.
Terlebih dahulu akan sowan ke makam Eyang Sunan Ampel ( Raden. Rahmad ) untuk melakukan Doa bersama. Semoga Allah Swt, melancarkan dan meridhoi perjalanan KBRS Amiinn". Ujarnya.
Sebagai bentuk rasa syukur atas apa yang telah siberikan Sang Pencipta,
Sebagai
penghormatan orang yang telah meninggal atau venerasi orang yang telah meninggal, termasuk pada leluhur, didasarkan kecintaan dan rasa hormat kepada orang yang telah meninggal dunia. Dalam beberapa budaya, hal ini berkaitan dengan keyakinan dan kepercayaan bahwa mereka yang telah meninggal memiliki kehidupan yang berkelanjutan, serta mungkin memiliki kemampuan untuk mempengaruhi keberuntungan.
Berawal dari sebuah mimpi, asa, cita-cita dan harapan. Melangkah bersama menata nurani walau kadang pernah tak sejalan. Namun, di tengah satu cawan kita berkumpul sambil membisikan visi dan misi, menelisik satu kata yang terangkai dari huruf yang penuh makna, pernah kita bersinggungan satu sama lain semua itu bukanlah murka namun hanya sekedar berbagi rasa dan merasakan setiap aliran energi yang padu. Pernah kita melukai dengan lidah dalam dialog, namun semua itu bukanlah pecut pemecah kebersamaan. Hanya sekedar pemberi bumbu untuk jalan hidup kita.
Allah hu Alam
Suroboyo wanii..!!.
KBRS.. Guyub..!!.
( Cak San ).
View
Posting Komentar