Wirausaha 2025 : Siapa Lambat, Pasti Tertinggal



Jawapes Surabaya – Bisnis yang tak beradaptasi akan tersingkir. AI, keberlanjutan, dan ekonomi digital bukan sekadar tren, tetapi medan perang baru. Inovasi dan kecepatan adalah kunci bertahan.  


1. AI: Pendorong atau Penghancur?  


AI kini menggantikan banyak fungsi manusia—dari layanan pelanggan hingga pemasaran dan analisis data. Bisnis yang masih mengandalkan metode manual akan kehilangan efisiensi dan kalah dalam persaingan.  


Prof. Mochamad Hariadi, ahli teknologi dan AI, menegaskan bahwa AI bukan lagi masa depan, tapi sudah menjadi standar industri. Perusahaan yang tidak mengintegrasikannya akan tertinggal.  


"AI telah membuktikan kemampuannya dalam meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya operasional. Perusahaan yang enggan menerapkan AI akan kesulitan bersaing dengan bisnis yang lebih efisien dan berbasis data," ujar Prof Hariadi saat dikonfirmasi melalui ponselnya, Rabu (5/3/2025).  


2. Keberlanjutan: Bisnis yang Tak Hijau Akan Mati  


Regulasi global semakin ketat terhadap industri yang memiliki jejak karbon tinggi. Konsumen juga lebih memilih merek yang peduli lingkungan.  


- Produk dengan kemasan plastik sekali pakai mulai ditinggalkan.  

- Perusahaan yang menerapkan circular economy lebih menarik investor.  


Bisnis yang tidak segera beradaptasi dengan tren keberlanjutan akan kehilangan pasar dan bahkan bisa terkena sanksi.  


3. Ekonomi Kreator: Modal Bukan Lagi Hambatan  


Konten digital melahirkan miliuner baru. Kreativitas dan kecepatan lebih menentukan sukses dibanding modal besar.  


Muhammad Aldiansyah, entrepreneur milenial, menyatakan bahwa bisnis bukan soal modal besar, tapi kreativitas dan adaptasi. AI dan ekonomi kreator membuka peluang bagi siapa saja.  


"Platform digital memungkinkan siapa saja untuk membangun bisnis tanpa perlu investasi besar. Dengan strategi pemasaran yang tepat, seseorang bisa menghasilkan miliaran rupiah hanya dari konten digital, kursus online, atau keanggotaan eksklusif," ungkap Aldi.


4. Hyperlocal & Model Berlangganan: Dominasi Pasar Baru  


- Konsumen semakin percaya pada produk lokal yang memahami kebutuhan spesifik komunitasnya.  

- Model langganan (SaaS, layanan pengiriman, konten eksklusif) menciptakan pendapatan yang stabil dan loyalitas pelanggan.  


Bisnis yang fokus pada kebutuhan komunitas tertentu lebih mudah bertahan dibandingkan merek besar yang terlalu umum.  


5. Kantor Konvensional Runtuh, Blockchain Bangkit  


- Perusahaan lebih memilih sistem kerja hybrid atau remote, sementara co-working space semakin populer karena lebih fleksibel dan hemat biaya.  

- Blockchain merevolusi bisnis dengan smart contracts, pembayaran digital, dan sistem yang lebih transparan serta efisien.  


Inovasi atau Mati  


Direktur Utama PT. Jawapes Indonesia Semesta, Rizal Diansyah Soesanto, ST, menegaskan bahwa era ini adalah kompetisi brutal. Hanya inovasi dan kecepatan adaptasi yang bisa menjaga bisnis tetap hidup.  


"Bisnis yang tetap terpaku pada metode lama akan kesulitan bertahan. Keberanian untuk berubah dan beradaptasi dengan tren teknologi serta pola konsumsi yang baru adalah kunci keberhasilan," tegas Rizal.  


Presiden RI, Prabowo Subianto, juga menyoroti pentingnya adaptasi dalam dunia usaha. Dalam sebuah pernyataan resmi, ia menekankan bahwa kewirausahaan adalah salah satu pilar utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.  


"Kita tidak bisa hanya mengandalkan sumber daya alam atau industri konvensional. Kunci kemajuan Indonesia terletak pada inovasi, teknologi, dan semangat kewirausahaan. Saya mendorong para pelaku usaha, terutama generasi muda, untuk berani mengambil peluang, mengembangkan kreativitas, dan beradaptasi dengan perubahan global," ujar Presiden Prabowo dalam pidatonya di Jakarta.  


Wirausaha 2025 menuntut keberanian berubah. Yang ragu-ragu akan tersingkir. (Red)

Baca Juga

Pembaca

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama