![]() |
SMA Negeri 1 Wringinanom Dan Kedamean, Gresik, Kesadaran Berparnertship |
JawaPes Gresik - Menilik sekilas tentang hal ihwal beserta petunjuk teknisnya, khususnya dibidang pengelolaan sumber daya manusia dan bangsa Indonesia dalam wadah yaitu sebuah proses penyelenggaraan pendidikan.
Pendidikan nasional telah menjadi suatu keniscayaan yang mutlak dan wajib bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam mewujudkannya, akan hal ini sebagai mana telah tertuang didalam Pasal 31 Ayat 1 UUD 1945 berbunyi, “ Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan ". Pendidikan nasional sekaligus menjadi dasar dan/atau pijakan utama dalam menyongsong era masa depan.
Dikemas dalam sebuah informasi bagi publik, terhimpun dari hasil bebarapa kali kunjungan kerja awak media Cetak & Online Jawapes dilembaga penyelenggara sekolah khususnya pada lembaga pendidikan menengah atas dan/atau setingkatnya, tentunya dalam wilayah daerah kabupaten Gresik.
Tertautnya skill journal, terhimpunnya pengetahuan audiensi, terangkainya interview kata, ternarasinya makna kalimat, terfikir sadar pentingnya kecerdasan hingga nanti pada puncaknya tersusun logika dalam bingkai rasionalitas sebagai capaian ilmu.
Menyimpulkan komunikasi, menggarisbawahi makna dari multi alat interaksi adalah bagian dari profesionalitas bagi para intelektual, kontekstual yang bernilai persis jika halnya kali pertama Jawapes bertemu dengan Humas Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Wringinanom, akhir Tahun 2022 lalu.
Jika memang waktu dan keadaan belum memperkenankan, maka seyogyanya kita (Humas SMAN 1 dengan Para Kontrol Sosial) sebagaimana telah menjadi azas moralitas insani yang sekaligus komitmen sebagai bangsa termaktub dalam butir-butir Pancasila, tentu kiranya semua pihak agar berbesar hati untuk senantiasa berpegang teguh pada prinsip kesabaran, bukankah kita adalah mitra atau patnership, tutur Humas singkat kepada Jawapes, tampak mimik lesu pada formnya.
Menjadi beban berat diatas pundak bagi meraka para penyandang peran dan fungsi sebagai kontrol sosial, jika konstruktif persepsi kontra produktif dan bahkan publik cenderung pada opini yang semakin tidak percaya, misalnya seperti pengalaman pribadi awak media, yaitu pada tiap pertemuan dan berlangsungnya komunikasi, umumnya percakapan hanya berorientasi pada basa-basi, seakan-akan telah sama-sama mengerti bahwa ada hak dan kewajiban antar para pihak, ironis tentunya bila menjadi tradisi atau budaya, sustainable adalah diantara sifat komunikasi yang konstruktif, menurut penulis.
Beda dengan Humas yang satu ini, mengingat satu wilayah domisili awak media dengan letak gedung Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kedamean, tangguh bermental tak kenal putus asah bagi penulis adalah diantara inti nilai dari sebuah kesabaran, maka dengan tetap menghormati tata tertib dan/atau protokoler lembaga sekolah, dalam tempurung bertemu jua, walaupun rasa penasaran bercampur kawatir menyelimuti apabila tanpa reset dan bekal berwawancara.
Melalui prinsip dasar dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai personal pers media, mengutip dari satu buku yang berjudul Standart Kompetensi Wartawan, adalah Kesadaran, Skil dan Pengetahuan menjadi modal utama bagi para intelektualis dalam berkarya jurnalistik, interviu dan artikel.
Kemistri terjalin dan senantiasa terjaga, lepas penat terasa luas dan dalam pikiran saat memandang ditambah rasa lapang hati disusul dengan jiwa bangga, bahwa sadar atau tidak jika pekerjaan dilakukan dengan dasar ibadah atau pengabdian maka itulah saat awak media melihat sosok yang setia pada tempatnya, ia adalah scurity yang duduk tepat didepan pagar atau gapura sekolah.
Seketika obsesi duniawi sirna, attitude seorang scurity sekolah mampu mendorong awak media yang konon terkenal dengan artikelnya yang mendayu-dayu laksana vokalis papan atas jagad raya, sembari uluk salam dengan segenap hati dan jiwa, pasrah terhadap apa yang akan disarankan olehnya.
Berdedikasi, jika tidak karenanya, mustahil akal dan rasionalitas yang berorientasi pada untung dan rugi untuk mematuhi sarannya, itulah martabat, harga diri atau keampuhan.
Mudin, kata spontan dari awak media saat bertemu dengan yang bersangkutan yaitu Humas SMA negeri 1 Kedamean, nampak berjalan landai usai melaksakan ibadah sholat fardhu, keterangan seperti yang diinformasikan oleh scurity kepada Jawapes, Humas sedang mengajar dilanjutkan dengan menerima tamu dari Dinas, jika masih berkenan ingin bertemu silahkan menunggu, tutur sekaligus saran scurity sekolah, sabar.
Apakah standart hasil dari pada proses dalam penyelenggaraan pendidikan Nasional, menjadi awal perbincangan dan sekaligus menjadi pertanyaan dari awak media, terlontar kata guna mendahului komunikasi sebagai pesan ungkapan sesal dari yang terdalam jika intonasi yang menyakinkan kurang/tidak etis.
Senyum tipis tersungging, ditunjang jiwa yang tatak terasa saat berinteraksi, seakan telah mengerti bahkan lebih dalam memahami tentang apa yang dirasakan awak media. Mudin, filologi bahasa Arab yang beralih bahasa adalah ukuran Agama. Haqqul Yakin, dengan siapa yang bersangkutan, menjabat sebagai Humas SMA Negeri 1 Kedamean.
Skala prioritas hasil dari pada proses dalam penyelenggaraan pendidikan dilembaga ini khususnya, tutur Humas, jika kearifan lokal adalah filter dalam menilai sebuah keberhasilan maka menurut pendapat saya adalah berkurang atau minimnya angka kejahatan moralitas (bukan pidana) pada anak-anak remaja dilingkungan mereka.
Semakin jelas, siapa aktor psikomotorik dari insan kamil yang satu ini, seorang tenaga pendidik dilingkungan wilayah daerah kabupaten Gresik yang kental dengan nuansa dan suasana yang religi, merangkap pula jabatan sebagai Hubungan Masyarakat (Humas) yang langsung mewakili dari pihak sekolah untuk menemui siapapun tamunya.
Automatis berkurang dari apa yang telah diniatkan sejak awal oleh awak media Jawapes, berkunjungan kerja ke SMA Negeri 1 Kedamean yaitu fee, mengingat terdapat seorang pengajar yang sangat sentral dalam keluarga besar segenap karyawan sekolah, percakapan senantiasa hanya dibumbui dengan bergurau, sebut saja beliau adalah juga menjabat sebagai Humas sebelumnya.
Grogi atau nerves sudah barang tentu, mengingat para beliau penyelenggara pendidikan adalah berlatang belakang yang sangat lebih dari memadahi apalagi Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, minimal guru atau pengajarnya berstrata setingkat S2.
Bak mimpi disiang bolong, ada unsur kesengajaan dalam berpola saat menerima tamu-tamu khususnya mereka yang datang berperan fungsi sebagai kontrol sosial, dari beliaunya Humas SMA Negeri 1 Kedamean, entah apa sebagai penyebabnya, bagi penulis kenapa harus ditutup-tutupi, jika memang benar-benar kontra produktif bukankah tanggung jawab kita bersama sebagai segenap sebuah Bangsa, Bangsa Adi Luhung.
Diluar beliau secara utuh sebagai Humas SMA Negeri 1 Kedamean, yang sejak awal perjumpaan tertangkap oleh awak media dari pola estetika kognitif yang tampak jelas kental dari pola tindaknya atau afektif yaitu adalah karakter Gandes Luwes Sak Solahe, moderat.
Adalah kesimpulan pada kali pertama pertemuan dengan beliaunya, walaupun mengoyak dan mengecoh dengan kisaran fee yang lebih dari yang lainnya akan diberikan kepada awak media ditambah pula dengan sikap manis seraya diiringi senyuman, setelah teryakinkan oleh Humas sebelumnya bahwa penulis adalah anak atau orang baik-baik.
Namun usaha untuk menggali keterangan melalui statmen-statmen Humas saat menjawab pertanyaan yang lebih mendalam dari awak media, sebagai guna selain untuk mengasah kecerdasan intuitif penulis yaitu vibrasi yang dirasa berbeda padahal kalimat yang terucap kerab kali kita mendengarkan.
Setetes pencerahan dari Sang Mudin dalam perspektif intuisi awak media yaitu saat menguraikan jawaban dari pertanyaan awak media, jika identitas wilayah daerah kabupaten Gresik khususnya yang terwakili oleh SMA Negeri 1 Kedamean, maka ringan saat berurai tutur akan tetapi komprehensif jikalau semua organ tubuh berfungsi normal.
Gotong-gotong, terdengar respon yang sangat spontanitas dari Humas SMA Negeri 1 Kedamean adalah identitas budaya dan kearifan lokal wilayah daerah kecamatan Kedamean yang masih syarat dengan suasana pedesaan dan/atau ketimuran.
Gotong-royong, menjadi point kesepahaman antara awak media bersama dengan Humas SMA Negeri 1 Kedamean, bahwa gotong-royong bukan hanya sebagai identitas budaya atau kearifan lokal, namun jika pada prinsipnya standart keberhasilan penyelenggaraan pendidikan Nasional yang tertuang dalam peraturan dan/atau perundangan tentang pendidikan yang berlaku yaitu seperti yang masih dalam ingatan penulis adalah Iman, Taqwa, Sains dan Teknologi adalah orientasi umumnya.
Gotong-royong dalam pemahaman intuitif yang penulis terima hasil dari tangkapan percakapan psikomotorik (Roh) bersama Mudin Humas SMA Negeri 1 Kedamean, gotong-royong adalah personilitas sebagai mana dapat menjadi cerminan kebersihan dalam proses penyelenggaraan pendidikan Nasional yaitu menjadikan manusia-manusia Nusantara Raya menjadi manusia seutuhnya atau yang tertuang dalam Sila-2 Pancasila.
Referensi, gotong-royong adalah sangat fundamental bagi penulis bahkan telah menjadi pedoman dalam berproses tata kelola kehidupan, baik hidup sebagai pribadi, hidup ditengah keluarga, hidup sebagai sebuah bangsa terlebih hidup sebagai umat ber-Agama. Gotong-royong sekaligus menjadi Ruh inti dan dasar dari pada tujuan dan cita-cita hidup yang dihidupkan, maka tidak terdapat padanan kata lain selain Insan Kamil sebagaimana telah menjadi standart utuh dari keberhasilan yang hakiki fidunya wal akhiroh dalam proses penyelenggaraan pendidikan Nasional dibumi tercinta ini Indonesia Raya. Bersambung. (Sub)
Pembaca
Posting Komentar