Aksi Bela Muadzin, Peserta Demo Sampaikan Tiga Tuntutan

Peserta demo menyampaikan orasi di depan kantor Kemenag Situbondo

Jawapes, SITUBONDO - Ada tiga hal yang menjadi tuntutan para peserta demo "Aksi Bela Muadzin". Isi tuntutan tersebut yaitu klarifikasi dan permintaan maaf terbuka oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, cabut Surat Edaran Menag Nomor 5 Tahun 2022 tentang pedoman penggunaan pengeras suara di masjid dan musholla, copot jabatannya sebagai Menteri Agama RI, Selasa (1/3/2022) depan kantor Kemenag Kabupaten Situbondo.                                       


Syaiful Bahri (akrab dipanggil Bang Ipoel) selaku Ketum GP Sakera dalam orasinya mengatakan jabatan Kementerian Agama Republik Indonesia beda dengan MUI. Artinya jabatan tersebut adalah milik semua agama yang ada di Indonesia. Jadi seharusnya SE Menag tersebut tidak hanya mengatur umat islam. Sedangkan fatwa MUI dalam menjalankan aturannya untuk umat islam, salah jika MUI mengatur agama lain.


"Seharusnya SE Menag Nomor 5 Tahun 2022 juga mengatur suara yang keluar dari tempat peribadatan agama saudara kita yang lain. Karena juga mengeluarkan suara untuk mensyiarkan agamanya, yang harus kita hormati. Kenapa aturan tersebut hanya diberikan kepada umat islam? Kenapa syiar yang ada di masjid dan musholla saja yang diadakan namanya pembatasan? Ini yang jarang dipahami oleh masyarakat," ujar Syaiful dalam orasinya .                               


Masih menurut Bang Ipoel, bahwa SE Menag Nomor 5 Tahun 2022 segera dicabut. Selanjutnya meminta klarifikasi langsung dari Menag, bukan diwakilkan kepada para jubir. Karena pemikirannya belum tentu sama antara keduanya. Terakhir yaitu meminta kepada presiden untuk mencopot jabatannya sebagai Menteri Agama.                             


Sementara di tempat terpisah mewakili kepala kantor yang berhalangan sakit, Adi Ariyanto  selaku Plt Kassubag TU Kankemenag Kabupaten Situbondo menjelaskan bahwa SE Menag tersebut adalah mengatur pedoman penggunaan pengeras suara di masjid dan musholla yang tujuannya untuk mewujudkan ketenteraman, ketertiban dan kenyamanan bersama. Sifatnya sebatas himbauan untuk dilaksanakan dengan baik.                                   


"Dari tuntutan teman-teman, khususnya pendemo itu karena ada kalimat yang katanya tidak layak untuk tersampaikan. Yaitu yang nama hewan tersebut. Sehingga tuntutannya adalah mengklarifikasi dan minta maaf dari bapak menteri agama. Apa maksudnya dari contoh-contoh tersebut sehingga menimbulkan polemik dan tafsir yang berbeda. Nanti kita sampaikan surat ini ke Kanwil Jatim untuk diteruskan," terangnya. (Tim)


Pembaca

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama