Jawapes Ponorogo - Sudah menjadi tradisi di Ponorogo untuk menyambut datangnya 1 Suro. Salah satu agenda tahunan diantaranya adalah kirab pusaka.
Tiga pusaka sebagai tindih pemerintahan Kabupaten Ponorogo yang sudah menjadi tradisi dikirabkan diantaranya, Payung Songsong Tunggul Wulung, Tombak Tunggul Nogo dan Sabuk Cinde Puspito.
Kirab sebagai tradisi pembawa pusaka ini diberangkatkan sekitar dari Makam Batoro Katong menuju Paseban Alun-alun Ponorogo. Acara tersebut diikuti arak-arakan para pejabat daerah mulai dari Bupati hingga jajarannya, juga diikuti oleh pelajar maupun berbagai orrganisasi yang ada di Ponorogo.
Pada acara kirab tersebut juga diwarnai dengan tradisi
berburu apuah atau berkah dari Bupati dan rombongan yang mengendarai kereta kencana. Sepanjang jalan yang bilewati arak-arakan kirab. Acara ini disambut masyarakat Ponorogo dengan antusias, untuk menyaksikan kirab pusaka. Mereka rela melawan terik matahari untuk bisa menyaksikan kirab pusaka dari dekat.
Acara kirab pusaka ini sangat menjadi perhatian masyarakat luas, sehingga mampu mendatangkan para wisatawan untuk berkunjung ke Ponorago guna menyaksikan kesakralan kirab pusaka yang di adakan setiap tahun.
Tiga pusaka yang dikirabkan dari Makam Bathorokatong menuju Paseban Alun-alun, setelah tiga pusaka tersebut pusaka dijamas (dimandikan, red). Tombak dan payung pada bagian ujung dijamas dengan air bunga telon dan air yang diambil dari 7 sumber di Ponorogo.
Usai dijamas, pusaka dikembalikan bersama Cinde untuk disemayamkan di dalam Kantor Bupati Ponorogo. Sedangkan air sisa jamasan langsung diperebutkan ribuan warga Ponorogo. Masyarakat Ponorogo meyakini bahwa air jamas tersebut bisa menyembuhkan berbagai penyakit, awet muda, gampang jodoh serta bisa menaikkan pangkat dan derajat bagi para pejabat.(Gst)
View
Tiga pusaka sebagai tindih pemerintahan Kabupaten Ponorogo yang sudah menjadi tradisi dikirabkan diantaranya, Payung Songsong Tunggul Wulung, Tombak Tunggul Nogo dan Sabuk Cinde Puspito.
Kirab sebagai tradisi pembawa pusaka ini diberangkatkan sekitar dari Makam Batoro Katong menuju Paseban Alun-alun Ponorogo. Acara tersebut diikuti arak-arakan para pejabat daerah mulai dari Bupati hingga jajarannya, juga diikuti oleh pelajar maupun berbagai orrganisasi yang ada di Ponorogo.
Pada acara kirab tersebut juga diwarnai dengan tradisi
berburu apuah atau berkah dari Bupati dan rombongan yang mengendarai kereta kencana. Sepanjang jalan yang bilewati arak-arakan kirab. Acara ini disambut masyarakat Ponorogo dengan antusias, untuk menyaksikan kirab pusaka. Mereka rela melawan terik matahari untuk bisa menyaksikan kirab pusaka dari dekat.
Acara kirab pusaka ini sangat menjadi perhatian masyarakat luas, sehingga mampu mendatangkan para wisatawan untuk berkunjung ke Ponorago guna menyaksikan kesakralan kirab pusaka yang di adakan setiap tahun.
Tiga pusaka yang dikirabkan dari Makam Bathorokatong menuju Paseban Alun-alun, setelah tiga pusaka tersebut pusaka dijamas (dimandikan, red). Tombak dan payung pada bagian ujung dijamas dengan air bunga telon dan air yang diambil dari 7 sumber di Ponorogo.
Usai dijamas, pusaka dikembalikan bersama Cinde untuk disemayamkan di dalam Kantor Bupati Ponorogo. Sedangkan air sisa jamasan langsung diperebutkan ribuan warga Ponorogo. Masyarakat Ponorogo meyakini bahwa air jamas tersebut bisa menyembuhkan berbagai penyakit, awet muda, gampang jodoh serta bisa menaikkan pangkat dan derajat bagi para pejabat.(Gst)
View
Posting Komentar
Hi Please, Do not Spam in Comments