Nguri - Uri Budaya : Pemdes Penimbun Gelar Festival Kesenian, Adat dan Kebudayaan serta Keagamaan


Jawapes, KEBUMEN - Dalam rangka memperingati tahun baru Islam 1 Muharram 1447 H dan tahun baru Jawa Dal 1958, Desa Penimbun Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen menggelar tradisi grebek suro sebagai simbolis melestarikan budaya sekaligus menjadi bentuk penghormatan kepada para leluhur. Tradisi seperti ini rutin dilaksanakan setiap tahunnya oleh masyarakat beserta Pemerintah Desa  Penimbun.

Perayaan grebek syuro yang mengambil tema 'Nguri - Uri Budaya  Lan Agama Urip Guyub Rukun Gawe Sentosa' ini berlangsung dan diawali dari kediaman Kepala Desa Penimbun hingga ke tempat acara di area cagar budaya Kuwu Batur sebagai tempat doa bersama dan ritual adat.

Acara turut dihadiri Camat Karanggayam Pradipta Anggi Wirasanto, S.STP,. M.Si, KH. Slamet Sugiarto (Ki Ageng Khabul Sukmo) dari Desa Gumelem Kulon Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara, tokoh agama, tokoh masyarakat, para sesepuh desa, ketua BPD, Ketua RT/RW, karangtaruna, perangkat desa, anggota Koramil Karanggayam, anggota Polsek Karanggayam dan seluruh elemen masyarakat Desa Penimbun.

Sarno selaku panitia sekaligus tokoh masyarakat mengatakan bahwa acara grebeg syuro ini sudah berjalan selama 3 tahun sejak Saejan menjabat sebagai Kepala Desa Penimbun. "Di desa ini beda dengan desa lainnya, artinya siapapun yang jadi Kepala Desa Penimbun dianggap sebagai juru kunci petilasan  Kuwu Batur," ujarnya.

Tambah Sarno, seperti halnya Kepala Desa Penimbun Saejan juga sangat menjaga dan melestarikan budaya leluhur. Ini dibuktikan dengan pembangunan area Cagar Budaya Kuwu Batur, dimana masyarakat setempat percaya kalau area tersebut merupakan lokasi cikal bakal berdirinya Desa Penimbun.

“Ini merupakan sebuah petilasan yang dipercaya warga sini sebagai petilasan Wali, tapi tidak tahu siapa. Cerita turun temurun leluhur disini dulunya mau dibangun sebuah masjid tapi tidak selesai. Dulu itu namanya Tenimbun, seiring berjalannya waktu berubah menjadi Penimbun,” jelas Sarno (tokoh masyarakat Desa Penimbun kepada wartawan, Jum'at (27/6/2025).

Selain itu , Grebeg Syuro ini tujuannya adalah untuk memohon kepada Tuhan yang maha kuasa yaitu Allah SWT agar semua masyarakat Desa Penimbun diberikan kesehatan dan mendapatkan barokah serta ketentraman, imbuh Sarno.

"Bisa mempertahankan budaya dan tradisi agar jangan sampai hilang sekaligus memberikan pemahaman kepada generasi muda agar menyadari dan memahami apa yang di maksud tentang jati diri menurut agama sesuai yang kita anut," tutur Sarno.

Sarno berharap kedepannya agar kegiatan seperti ini terus dilaksanakan dan dipertahankan. Hanya tinggal membenahi kekurangannya. "Sedangkan untuk generasi muda supaya selalu ingat akan asal usulnya dan bisa menghormati etika tata bahasa dan sopan santun," jelasnya.

Sementara itu, Saejan selaku Kepala Desa Penimbun menyampaikan bahwa digelarnya Grebeg Syuro sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada kami dan sekaligus uri -uri budaya kepada anak cucu kita biar tidak hilang di Desa Penimbun dan masyarakatnya bisa rukun berdampingan.

Saejan juga menambahkan, selain doa bersama di petilasan Kuwu Batur juga ada sedikit siraman rohani dari KH. Slamet Sugiarto yang menyampaikan makna arti dari grebeg suro ini.

Selain kegiatan Grebeg Syuro masih ada beberapa agenda kegiatan yaitu pada 4 Juli 2025 mendatang akan ada acara sedekah bumi dengan menyembelih kambing kendit sekaligus bersih-bersih secara serentak di seluruh makam yang ada di Desa Penimbun. "Puncaknya pada 13 Juli, Pemerintah Desa Penimbun juga akan menampilkan pagelaran wayang kulit semalam suntuk oleh dalang Ki Eko Suwaryo," imbuh Saejan.(Khaidir/EkoJabrig)

(Haidir/Eko)

Baca Juga

View

Post a Comment

أحدث أقدم

Rizal Diansyah, ST

Pimpred Media Jawapes. WA: 0818306669

Countact Pengaduan