![]() |
Sekdakab Situbondo memberikan sambutan dan sekaligus membuka giat evaluasi tindak lanjut audit kasus stunting |
Jawapes, SITUBONDO - Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Kabupaten Situbondo kembali melaksanakan evaluasi dan tindak lanjut audit kasus stunting Tahun 2024. Kegiatan ini dibuka langsung oleh Sekdakab Situbondo Wawan Setiawan, yang berlangsung di Balai Desa Gelung, Kecamatan Panarukan, Kamis (24/10/2024).
Dikonfirmasi awak media disela-sela acara, Sekdakab Situbondo Wawan mengatakan, dalam kegiatan evaluasi ini pihaknya akan melihat pola kerja yang sudah diterapkan dalam rangka untuk menurunkan angka stunting. Yakni mulai dari pergerakan Ponkesdes, Posyandu, perangkat desa setempat, TPK dan pergerakan TP PKK. Sebab penanganan stunting ini dilakukan secara terpadu. Dari hasil laporan kemarin, disini terdapat 8 balita yang stunting dan sudah ada rekomendasi-rekomendasi yang akan dilakukan. Yaitu salah satunya dengan mengoptimalkan PMT, sehingga sisa-sisa persoalan stunting ini bisa terselesaikan. Pihaknya juga mengapresiasi terhadap kinerja penanganan stunting di Desa Gelung.
"Pemerintah pusat menargetkan secara skala nasional di kabupaten/kota mampu menurunkan prevalensi stunting pada angka 14 persen di Tahun 2024. Kita, Kabupaten Situbondo untuk angka stunting turun sisa 4,1 persen Tahun 2023. Mudah-mudahan target tahun ini bisa capai 1,3 persen," ujarnya.
Ditempat yang sama, Kepala DP3APPKB Situbondo, Imam Darmaji menambahkan, berdasarkan hasil audit kasus stunting kemarin, ternyata ada 8 balita di Gelung yang terindikasi menderita stunting. Dari hasil audit tersebut, ada yang harus segera mendapat rujukan ke rumah sakit. Artinya, tidak bisa diatasi oleh keluarganya dan sudah dirujuk. Tindak lanjutnya, DP3APPKB berkeinginan agar pemerintah desa ikut memberikan PMT secara rutin kepada 8 orang balita yang terindikasi stunting ini. Sehingga diharapkan dengan adanya intervensi secara terus-menerus, kedelapan orang balita tersebut bisa terbebas dari stunting. Banyak faktor penyebab terjadinya stunting, dimana yang terbesar karena faktor pola asuh anak.
"Rata-rata orang tua terkadang tidak tahu bagaimana cara mengasuh anaknya, mulai sejak dari kandungan sampai berusia dua tahun. Kita akan terus memantau dan memberi perhatian dalam penanganannya, sehingga penanganan ini bisa selesai tanpa membebani pihak keluarganya," ungkapnya.
Lebih lanjut, Kepala DP3APPKB Situbondo menjelaskan, dalam kegiatan evaluasi dan tindak lanjut audit kasus stunting ini, pihaknya terjun ke lapangan karena ingin melihat kondisi sebenarnya di lingkungan keluarga anak stunting. Sehingga dengan melihat dan mengetahui kondisi sebenarnya, nanti akan memudahkan DP3APPKB untuk memberikan berbagai intervensi, termasuk rujukan-rujukan. (Adv)
Pembaca
Posting Komentar