![]() |
| Pimpinan Redaksi Media Jawapes, Rizal Diansyah Soesanto, S.T, saat ini menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jawa Timur |
Jawapes Surabaya,- Ada kalanya seorang pemimpin tidak sedang berdiri di mimbar, tidak memegang pena, tidak memberi arahan. Ia justru sedang terbaring dalam sunyi. Namun dari keheningan itulah, suara keteladanan terdengar paling lantang.
Hari-hari ini, Pimpinan Redaksi Media Jawapes, Bapak Risal Diansyah Soesanto, S.T, tengah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jawa Timur. Ruang ICU menjadi saksi perjuangan fisiknya, sementara di luar sana, ratusan hati yang pernah dibimbingnya bergetar dalam doa.
PT. Jawapes Indonesia Semesta, yang berkantor redaksi di Jalan Ketintang Baru II No 14, A. Melalui LSM dan Media beliau bukan sekadar pimpinan redaksi. Ia adalah orang tua, guru, dan penunjuk arah. Sosok yang tidak pernah lelah mengajarkan bahwa menjadi wartawan bukan hanya soal kecepatan berita, tetapi tentang kepekaan rasa dan keberanian nurani.
Pada 24 Agustus 2013, Jawapes (jaringan warga peduli sosial) terlahir dari semangat sosial. Dari akar gerakan warga, dari kerja-kerja kemanusiaan, dari keyakinan bahwa media harus hadir untuk mereka yang sering luput dari sorotan. Nilai itu tidak tumbuh dengan sendirinya. Ia ditanamkan, dirawat, dan dijaga oleh seorang pemimpin yang memilih mengabdi, bukan sekadar memimpin.
Sudah banyak wartawan yang terbentuk dan benar-benar di tuntun hingga tak mengenal waktu, di uji dari sekeliling nya sendiri maupun di luar dan dimanapun menginjakkan kakinya untuk membantu dan berguna bagi orang lain,
Salah satunya ada M. Rifai selaku kordinator pulau Madura, Wa-Pimred, Agustin Mustikaningtias dan Candra Soehartawan,SH yang memegang kendali Jawa Corruption Watch (JCW) di bidang Anti Korupsi. Bagian dari perjalanan itu. Dari ruang-ruang sosial di LSM, hingga akhirnya direkrut menjadi wartawan Jawapes. Tidak instan. Tidak mudah. Selangkah demi selangkah.
Lanjutnya, beliau membimbing, tanpa menghitung waktu, tanpa menunjukkan lelah. Setiap kesalahan dijadikan pelajaran, setiap kegamangan diarahkan menuju pemahaman, Tutur Rudi selaku Wartawan Lintas Provinsi.
Beliau mengajarkan satu hal yang terus terngiang, kemanusiaan tidak boleh berhenti pada kata-kata. Solidaritas harus menembus kepentingan, menembus ego, dan menembus kenyamanan diri sendiri.
Saat persiapan dalam rangka memperingati HUT Media Jawapes yang ke-12 Th 24 Agustus 2025. muncul usulan tema besar, Menembus Batas Kemanusiaan. Tema yang terdengar indah dan heroik. Namun beliau menolaknya dengan tenang.
“Menembus batas kemanusiaan mungkin bisa kita ucapkan,” katanya, “tapi belum tentu bisa kita jalani bersama. Mungkin hanya 20 persen yang benar-benar tulus.”
Kalimat itu terasa sederhana, bahkan nyaris sepele. Namun justru di sanalah kebesaran maknanya. Ia memilih kejujuran batin daripada kemegahan slogan. Ia mengingatkan kami bahwa tidak semua yang terdengar mulia benar-benar dijalani dengan ikhlas.
Kini, saat beliau terbaring lemah di balik pintu ICU, kami justru semakin memahami ajaran itu. Kemanusiaan tidak selalu hadir dalam aksi besar. Ia hadir dalam kesetiaan, dalam doa yang lirih, dalam solidaritas yang tidak perlu diumumkan.
Kami percaya, perjuangan beliau hari ini bukan hanya melawan sakit, tetapi sedang mengajarkan kami satu pelajaran terakhir, tentang sabar, tentang pasrah, dan tentang arti memberi tanpa harus terlihat kuat.
Keluarga besar Media Jawapes memanjatkan doa terbaik. Semoga Allah SWT menguatkan fisik dan jiwa beliau, mengangkat segala sakit, dan mengembalikan beliau dalam keadaan sehat. Namun apapun yang terjadi, nilai-nilai yang telah beliau tanamkan tidak akan pernah terbaring.
Karena seorang guru sejati tidak berhenti mengajar ketika ia diam. Ia justru berbicara paling dalam, ketika dunia belajar untuk mendengarkan. (Rd82)
View

إرسال تعليق
Hi Please, Do not Spam in Comments