Sumpah Pemuda Tanpa Jiwa, Eko Gagak Serukan Kebangkitan Nasionalisme Pemuda

Sumpah pemuda


Jawapes, Surabaya – Aktivis 1998 Eko Gagak menilai peringatan Hari Sumpah Pemuda kini kehilangan makna perjuangan dan hanya sebatas seremoni tanpa jiwa. Ia menegaskan, semangat persatuan yang lahir pada 28 Oktober 1928 telah bergeser menjadi rutinitas tahunan tanpa penghayatan nilai pengabdian pada bangsa.

“Sumpah Pemuda bukan sekadar dibaca setiap tahun, tapi harus dihayati dan dijalankan. Kini, banyak pemuda lebih sibuk mengejar gaya hidup dan lupa makna persatuan,” ujar Eko Gagak, Sabtu (26/10/2025).

Menurutnya, kata “menjunjung” dalam Sumpah Pemuda mencerminkan tekad luhur untuk menempatkan bahasa persatuan di atas kepentingan pribadi dan daerah. Namun, arus globalisasi, hedonisme, dan perilaku apatis generasi muda membuat semangat nasionalisme kian memudar.

“Dulu pemuda berani melawan penjajah dengan tekad dan idealisme. Sekarang banyak yang justru dijajah oleh kemalasan dan kepentingan diri sendiri,” kritiknya tajam.

Eko menegaskan, Hari Sumpah Pemuda seharusnya menjadi momentum kebangkitan karakter bangsa, bukan seremoni kosong. Ia menyerukan agar generasi muda bangkit menanamkan kembali nilai patriotisme, kejujuran, dan tanggung jawab terhadap bangsa.

“Bangsa ini butuh pemuda yang berani, bukan hanya pandai bicara. Jadilah generasi yang menyalakan kembali api persatuan dan cinta tanah air,” tutupnya penuh semangat. (Rd82)


Baca Juga

View

Post a Comment

Hi Please, Do not Spam in Comments

أحدث أقدم

Rizal Diansyah, ST

Pimpred Media Jawapes. WA: 0818306669

Countact Pengaduan