Jawapes Probolinggo – Tabuhan perkusi khas Jawa Timur menggema di lautan pasir Gunung Bromo, Sabtu (21/6), saat panggung Eksotika Bromo 2025 menyuguhkan penampilan memukau dari Batik Line Dance asal Kota Probolinggo. Ditarikan oleh 95 anggota, termasuk Ketua TP PKK Kota Probolinggo dr. Evariani Aminuddin, pertunjukan ini berhasil menarik perhatian ribuan penonton.
"Menjadi bagian dari festival sebesar ini adalah sebuah kehormatan. Tapi bagi kami, ini bukan puncak, justru langkah baru untuk melangkah lebih jauh," ujar Evariani dengan penuh semangat usai pertunjukan.
Komunitas Batik Line Dance Probolinggo, lanjut Evariani, tengah bersiap untuk menjadi tuan rumah dalam event serupa di tingkat nasional. "Suatu saat kami ingin kembali tampil di sini, bersama komunitas se-Indonesia, membawa misi budaya ke pelataran alam Bromo yang sakral," imbuhnya.
Festival Eksotika Bromo 2025 digelar selama tiga hari, dari 20 hingga 22 Juni, di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Dengan mengusung tema "Ruwat Rawat Segoro Gunung", acara ini menyoroti keseimbangan antara manusia, alam, dan nilai spiritual dalam bingkai kesenian nusantara.
Ketua penyelenggara, Afifa Prasetya, menyampaikan bahwa festival ini tidak sekadar hiburan, melainkan ruang interaksi budaya yang mengajak publik menjaga kelestarian lingkungan. “Setiap peserta membawa satu bibit pohon sebagai bentuk komitmen terhadap bumi,” ungkap Afifa.
Eksotika Bromo menyajikan beragam pertunjukan seni, mulai dari gamelan, campursari, hingga perkusi khas Madura dan Tengger. Puncak acara menyuguhkan sendratari monumental bertajuk "Kidung Tengger" yang membawakan kisah Joko Seger dan Roro Anteng, diperankan dengan penuh penghayatan oleh artis nasional Olivia Zalianti.
Selain tarian dan musik, semangat perempuan dalam pelestarian budaya juga tercermin dari penampilan Batik Line Dance. Setiap gerakan mereka menyiratkan pesan tentang kearifan lokal yang dikemas dalam koreografi modern namun tetap berpijak pada nilai tradisi.
Bupati Probolinggo, Mohammad Haris, mengungkapkan rasa bangganya terhadap partisipasi aktif komunitas seni daerah. “Melalui festival ini, kita memperkenalkan budaya Tengger ke dunia. Ini adalah bukti nyata sinergi antara masyarakat, pelaku seni, dan pemerintah,” ujarnya.
Ribuan pengunjung menyaksikan langsung kemegahan festival di panggung alam terbuka, menikmati alunan musik etnik, kilau kostum batik, dan kisah-kisah legenda yang dihidupkan kembali lewat seni pertunjukan.
Ketika senja turun dan pasir beterbangan diterpa angin Bromo, langkah Batik Line Dance meninggalkan jejak yang tak sekadar gerak. Ia menyuarakan janji: budaya lokal akan terus mengakar, dan Bromo akan selalu jadi saksi bagi semangat yang tak pernah padam. (Id)
View
إرسال تعليق