Vivere Pericoloso, Hari Kartini dan Upaya Meng-Iedul Fitrikan Demokrasi





           ISA ANSORI


Jawapes Surabaya - Iedul Fitri adalah hari raya ummat muslim yang dilaksanakan dengan suka cita setelah menjalani pembersihan diri berupa ibadah puasa selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan. Dan menariknya semangat Iedul Fitri itu bebarengan dengan peringatan hari lahir RA Kartini. Sosok wanita Indonesia yang berjuang untuk memerdekakan kaum wanita dari penindasan dan penjajahan. Ada dua irisan dari serangkaian dua peristiwa tersebut semangat kesucian dan semangat pembebasan. 

Bagi seluruh ummat muslim, Iedul Fitri dimaknai sebagai sebuah kegiatan kembali kepada kebersihan diri dan jiwa. Kebersihan diri dan jiwa itu  lalu dipungkasi pembersihan harta melalui zakat maal dan zakat fitrah. 

Lalu apa ukuran mereka yang dianggap lulus dari proses pembersihan diri itu? Dalam Al Quran jelas disebutkan bahwa tujuan dari puasa adalah taqwa. Sebuah posisi yang mulya dihadapan Allah.

Takwa pada dasarnya merujuk pada sebuah sikap yang terdiri dari cinta dan takut, yang lebih jelas lagi adalah adanya kesadaran terhadap segala sesuatu atas dirinya dan bahkan merasa hatinya yang paling dalam senantiasa diketahui oleh Allah swt. Sehingga ia senantiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangan Nya. Peristiwa puasa ini mengajarkan adanya semangat perlawanan dan pembebasan dari belenggu hawa nafsu agar menjadi diri yang bersih terbebas dari keinginan keinginan yang berlawanan dengan aturan yang disepakati.

Puncak dari proses perjuangan mensucikan diri dan jiwa serta harta itu adalah proses perjuangan menjadikan diri sebagai manusia yang disinyalir oleh Nabi Muhammad SAW sebagai manusia baik. Sebaik baik manusia adalah mereka yang bisa memberi manfaat dan kebaikan bagi sesamanya.

Proses itulah yang diambil oleh RA Kartini, bagaimana beliau menentang tradisi penindasan yang berasal dari bangsanya. Kartini mengambil posisi sebagai wanita yang bisa bermanfaat bagi kaumnya agar menjadi perempuan yang berdaya, perempuan yang diperlakukan bukan karena persoalan jenis kelamin, tapi lebih pada penghargaan sebagai mahluk Allah yang mulia. Sesungguhnya sebaik baik manusia adalah yang bertaqwa.

Sebagai bangsa besar, bangsa Indonesia pernah melewati fase - fase perjuangan memerdekakan dirinya. Bangsa yang besar adalah bangsa yang tak pernah melupakan sejarahnya. Jas Merah, jangan sekali kali melupakan sejarah. Begitulah pesan Bung Karno.

Tahun 2024 adalah tahun bahaya dari upaya pelanggaran terhadap demokrasi. Ini mengingatkan kita pada pidato Bung Karno tahun 1964, Tavip, Tahun Vivere Pericoloso, tahun tahun penuh bahaya.

Ada upaya untuk membahayakan demokrasi yang dilakukan oleh Jokowi dan para oligarki untuk mengamputasi demokrasi. Isu pemulihan ekonomi pasca Covid 19 dijadikan alasan perlunya penundaan pilpres, gagal di isu itu, dimunculkan lagi perpanjangan masa jabatan, isu itupun gagal, lalu upaya lain adalah menjegal calon yang dianggap berseberangan, cara cara yang dilakukan pun menggunakan instrumen hukum, KPK dan PK pada upaya membegal partai Demokrat.

Sebagai upaya lain yang dilakukan bila skenario - skenario yang dijalankan gagal, maka dilakukan membangun koalisi besar untuk menghadang calon yang tak dikehendaki. Demokrasi kita menjadi tak sehat dan teramputasi. 

Semangat Iedul Fitri memberi inspirasi kita semua yang menghendaki hidup lebih baik lagi, hidup yang dipenuhi dengan kebaikan dan kemanfaatan, hidup yang mampu menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 

Vivere Pericoloso, hari Kartini dan Iedul Fitri juga harus mengilhami siapapun yang berharap adanya perubahan Indonesia kearah yang lebih baik. Indonesia yang mampu mensejahterakan, menghadirkan keadilan dan persatuan. Maka ini adalah tahun tahun bahaya kita, pilihannya adalah merdeka atau terjajah. 

Kesadaran untuk merdeka membawa kita pada perjalanan untuk berjuang bersama. Kalau tak sekarang kapan lagi, kalau tidak kita mulai dari diri kita lalu siapa lagi. 

Sebaik baik manusia adalah mereka yang bisa memberi manfaat kebaikan bagi orang lain, mari kita jadikan diri kita menjadi manusia yang bermanfaat bagi Indonesia, kita selamatkan Demokrasi Indonesia. 

Selamat Iedul Fitri, Mohon Maaf Lahir dan Batin, semoga Allah memberkahi kita dan menyelamatkan kita sebagai bangsa. Aamiin. 

Surabaya, 21 April 2023.
Penulis ; Isa Ansori
Akademisi dan Kolumnis.
(CSan).
Baca Juga

Pembaca

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama