Budi Leksono, Peneleh Layak Sebagai Kampung Sejarah




H. Budi Leksono SH


Jawapes Surabaya - Kampung Peneleh, atau Paneleh, adalah kampung kuno yang menyimpan berjuta kisah dan cerita sejarah. Di kampung ini, Sunan Ampel pernah singgah dan Sukarno pernah tinggal. Di kampung ini pulalah, sejarah Singosari dan Majapahit terekam dalam senyap. Cerita Kampung Peneleh dan Sunan Ampel, atau Raden Rahmat, berawal dari perjalanan sang Sunan menuju tanah di daerah Ampel yang merupakan hadiah dari Raja Majapahit baginya. 


Untuk mencapai daerah perdikan itu, Raden Rahmat tidak melintasi jalan tanah. Ia memilih untuk melintasi Kali Mas dengan perahu. Laki-laki berdarah Champa ini sendiri tidak langsung ke Ampel. Dalam perjalanannya, dia menyinggahi sebuah kampung. Waktu itu, kampung ini sudah didiami oleh beberapa orang-orang Islam. Namun, lebih banyak masyarakat di kampung itu yang percaya pada Hinduisme. Di kampung ini Raden Rahmat mencoba berbaur dengan para penghuni kampung dengan cara yang unik: Sabung ayam. Dalam sabung ayam itu, ayam milik Raden Rahmat tak terkalahkan, sehingga banyak orang penasaran dengan ayam jagoannya itu. 


Dari sinilah, Raden Rahmat dapat terlibat dalam obrolan intens dengan banyak orang di kampung itu. Obrolan itu tentang Islam. Kampung yang disinggahi Raden Rahmat itu adalah Kampung Peneleh. Makin hari peserta obrolan bertambah banyak, dan mereka pun butuh tempat yang lebih besar untuk berkumpul. Maka, didirikanlah sebuah masjid yang belakangan menjadi Masjid Jami’ Peneleh. Masjid Jami’ Peneleh memiliki bentuk mirip kapal.

Selain dukuh Paneleh, ada Pandean dan Plampitan juga. Peneleh dan Pandean, dibelah oleh Jalan Makam Belanda.  Nama Peneleh berasal dari kata "PINILIH" yang artinya orang terpilih.



Menurut H.BUDI LEKSONO SH, anggauta DPRD kota Surabaya dari PDI-P, bahkan diperkirakan telah berdiri sejak zaman kerajaan Singosari. Dalam memoarnya, "Masa Kecilku di Surabaya Ruslan Abdulgani, yang lahir dan besar di Plampitan, menyebutkan bahwa Raja Singosari Wisnuwardhana menyuruh anak tertuanya menjadi kanuruhan (penguasa) Glagah Aroem — antara Kali Mas Kali Pegirian — yang berpusat di Peneleh. Lebih lanjut, keberadaan Sumur Jobong di Jalan Pandean Gang I — yang masih termasuk Peneleh, Kecamatan Genteng, Surabaya — adalah penanda bahwa akan eksistensi kampung ini di zaman Majapahit." Tutur Budi Leksono. 

Sumur ini sendiri ditemukan tidak sengaja, ketika ada pengerjaan saluran air. Sebagai catatan, sumur semacam ini banyak ditemukan di situs-situs di purbakala peninggalan Majapahit (abad 13-15 Masehi) di Trowulan. Sumur kuno ini kemudian ditutup dengan beton dan besi yang bisa dibuka atasnya.

Di era kolonial, kasawan Peneleh selalu ada dalam peta-peta kota kolonial Belanda di Surabaya. Berhubung tiap kota memang selalu butuh pemakaman umum. Akhirnya, sisi timur Kampung Peneleh ini dijadikan lahan pemakaman umum bagi orang-orang Belanda, yang kemudian dikenal sebagai Makam Belanda. Bermacam kelas dan etnis ada di sana. Entah pedagang atau kuli. Entah itu orang Jawa, Bali, Arab, maupun Tionghoa. Soal kepercayaan, Kampung Peneleh kini tidak hanya terdapat orang-orang Islam saja. Kondisi ini rupanya berkaitan dengan sejarah kampung ini. "Di masa lalu, Peneleh ini kampung Bhineka bukan kampung pribumi thok (saja). Dari awal memang urban sebenarnya," imbuh Budi Leksono.


Budi Leksono menjelaskan, di Peneleh juga terdapat bangunan bersejarah yaitu sebuah Rumah tempat kelahiran Bapak Presiden Pertama Masa kecil proklamator  bangsa Indonesia, Ir. Soekarno yang beralamat di Jalan Pandean IV Nomer 50, lalu Tempat Makam mbah Pitono yg merupakan Guru Ngaji Bung Karno dan juga Langgar Dhuwur, Langgar/Masjid yg sudah berusia 2 Abad. Langgar ini diresmikan oleh Bu Risma dan sudah menjadi Aset Pemkot...
Jadi sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah kota untuk menjadikan wilayah ini "Kampung Sejarah" indah dipandang dan dijadikan destinasi wisata yg layak untuk dikunjungi oleh para wisatawan lokal maupun mancanegara.

"Peneleh layak menjadi destinasi wisata dan melanjutkan pembangunan disaluran dan pedestrian di Peneleh...
Terdapat banyak tempat berserjarah dan layak dijuluki sebagai "Kampung Sejarah". Ujar Budi Leksono. (CSan)

Pembaca

Post a Comment

أحدث أقدم