MEMAHAMI JALANNYA SEJARAH


Slamet Santoso


Jawapes Surabaya - Sesungguhnya dalam memahami sejarah itu tidak perlu sampai njelimet hingga semua kata-kata yg pernah keluar dari tulisan maupun mulut tokoh-tokoh yang ada pada saat itu diperhatikan. Boleh saja untuk memperluas wawasan dan tentu saja untuk mengukur tingkat kearifan kita dalam memahami jalannya sejarah.

Mirip dengan hal itu, kita semua adalah satu di antara milyaran sel sperma yg berhasil membuahi sel telur sehingga menjadi zigot, janin, bayi, anak dan kemudian menjadi manusia yang mendewasa. Apa kita memerhatikan seluruh sel-sel sperma yg begitu banyak hingga milyaran. Tentu saja tidak. Kita akan fokus pada sang anak, apakah akan menjadi manusia yang berguna atau tidak.

Demikian pula dengan Panca Sila, Proklamasi, Preambule dan UUD 1945. Ketika masih dalam perdebatan tentu banyak sekali pikiran yang bermacam-macam, ada yang berbeda dan mungkin bertentangan. Selanjutnya yang kita lihat, tentu perlu diuji, dengan dasar ilmu dengan pertanyaan berikut:

Apakah Panca Sila, Proklamasi, Preambule dan UUD 1945 (PPPU) mengandung kesalahan, rekayasa atau apapun sehingga pada saat ini perlu kita persoalkan?

Pertanyaan sederhana ini boleh saja dicari jawabnya melalui cara membongkar kembali teks-teks yg pernah diproduce oleh rentang sejarah saat itu. Menurut saya itu hanya untuk mencari sinkronitas makna terkandung dalam PPPU yg saya sebut di atas. Saya lebih cenderung memilih mengkaji setiap makna kata dan konsepsi yang terkandung. Sampai saat ini masih belum selesai dan tuntas. 

Sebagai kelanjutan dari kerja besar para founding fathers yang telah melaksanakan tugasnya membangun konsepsi fundamentalnya yang genuine, sementara generasi penerus melanjutkan menjadi konsepsi seperti sebuah bangunan yang kokoh, mampu menampung dan mengayomi seluruh warga, tentu saja sangat menentramkan hati.

Kita masih harus banyak belajar praktek dalam berbangsa dan bernegara, sembari mengkritisi dan mengoreksi/memperbaiki secara terus-menerus.
Kita bisa memulainya dengan kembali dulu pada UUD 1945.
Salam Panca Sila.

Ditulis kembali oleh Slamet Santoso.

Pembaca

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama